REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ikatan Saudagar Muslim Indonesia (ISMI) mendorong penguatan ekonomi umat lewat jalur bisnis. Ketua Umum ISMI Ilham Habibie mengatakan ISMI membantu anggotanya untuk menjadi pengusaha Muslim yang maju sehingga dapat berkontribusi memajukan status ekonomi umat. "Status umat dari segi pendidikan saat ini relatif sudah cukup baik, artinya sudah banyak generasi Muslim yang berpendidikan," kata Ilham.
Sementara itu, Ilham melihat status kesehatan umat juga sudah mulai menunjukkan arah perbaikan. Hanya saja, dari sisi kekuatan ekonomi terlihat jelas proporsinya tak seimbang dengan posisi umat. "Umat Muslim di Indonesia kan persentasenya sekitar 87 persen, tapi kekuatan ekonominya saya kira tidak sebesar itu," ujar Ilham dalam forum silaturahmi bisnis (Silabis) ISMI di Hotel Sofyan Menteng, Jakarta, Jumat (10/3).
Ilham mengatakan persentase kekuatan ekonomi umat tak harus sebesar jumlah penduduk Muslim di Tanah Air. Namun, jurang ketimpangan itu harus dipersempit. Agar pengusaha-pengusaha Muslim maju secara ekonomi, ISMI mendorong agar mereka memaksimalkan penggunaan teknologi dalam bisnis.
Ilham menilai Indonesia hingga saat ini belum memiliki fokus pada bisnis yang menggunakan teknologi. Tak heran jika keberhasilan pengusaha lokal dalam bisnis yang berteknologi masih jarang."Di ISMI, salah satu yang ditekankan adalah bisnis yang menggunakan teknologi. Kami gunakan teknologi itu untuk berinovasi dan dicoba untuk diterapkan dalam bisnis. Jadi ada Teknosa, yakni teknologi, inovasi dan wirausaha," tuturnya.
Wakil Sekjen ISMI, Isnaldi Muhd Dini, mengatakan silaturahmi bisnis ISMI merupakan forum rutin yang bertujuan untuk mensinergikan kekuatan bisnis dari berbagai sektor yang dimiliki para anggota. "Silabis ISMI diharapkan selalu menghasilkan output yang kongkret dan bisa ditindaklanjuti."