REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyatakan bahwa sejumlah anak usaha BUMN sedang menunggu hasil audit laporan keuangannya dalam rangka pelaksanaan penawaran umum perdana saham (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Diantaranya sedang menunggu hasil audit. Audit tahun buku 2016 biasanya Maret baru selesai, laporan audit bisa dipakai dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) dan mendapatkan kesepakatan pemegang saham untuk IPO," ujar Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius Kiik Ro usai seminar "Underwriting Network 2017" di Denpasar, Bali, Jumat (10/3).
Ia mengemukakan bahwa pihaknya akan mendorong sembilan anak usaha IPO pada tahun 2017 ini dengan total target dana yang diraih dari aksi korporasi itu sekitar Rp 20 triliun. "Sebagian besar yang IPO adalah anak usaha BUMN yang sahamnya sudah tercatat di BEI (Tbk). Kita tunggu saja, nanti diumumkan emiten itu sendiri selaku pemegang saham," katanya.
Ia mengatakan bahwa salah satu anak usaha BUMN yang non Tbk juga berniat melakukan IPO, salah satunya anak usaha PT Pertamina, yakni PT Tugu Pratama. "Nah, itu rencana masuk Bursa dalam priority. Yang induknya Tbk ada yang bergerak di bidang konstruksi, energi. Namun, secara formal tak bisa saya sebutkan," ucapnya.
Aloysius Kiik Ro juga mengatakan bahwa selain rencana mengantarkan anak usaha BUMN untuk melakukan IPO, juga terdapat rencana sekuritisasi aset. "Dua perusahaan itu adalah PT Jasa Marga (Persero) Tbk dan PT PLN (Persero)," ujarnya.
Ia menjelaskan sekuritisasi anak usaha PLN dan Jasa Marga masing-masing senilai Rp 10 triliun dan Rp 2 triliun. Untuk PLN, yang disekuritisasi adalah salah satu pembangkit milik PT Indonesia Power. "Saya undang 'selling agent' karena nilainya besar sampai Rp 10 triliun," katanya.