REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berkembangnya berita terkait nenek Hindun (78) warga RT 09/RW 05 Karet, Setiabudi yang disebut ditolak disholatkan di musala karena berbeda pilihan politik di Pilkada DKI, meresahkan warga dan Ketua RW setempat.
Ketua RW 05, Kelurahan Karet, Kecamatan Setiabudi, Ishak mengatakan pihaknya dan warga RT 03 yang telah membantu proses pemandian dan pengafanan jenazah almarhumah nenek Hindun, menyayangkan salahnya berita yang berkembang di media online dan televisi.
"Apa yang disampaikan di media bahwa jenazah almarhum tidak disholatkan atau ditolak warga itu tidak benar," kata Ishak kepada beberapa wartawan di kediamannya, Jumat (11/3).
Kesalahan informasi tersebut, menurutnya, karena informasi yang sepotong-sepotong didapatkan wartawan, beberapa hari setelah jenazah almarhumah dimakamkan. Padahal, kata dia, tidak lama setelah almarhum meninggal pada hari Selasa (7/3), saat itu juga pengurus Musala Almukminun membantu proses pemandian dan pengafanan.
Terkait jenazah yang tidak disholatkan di musala yang sempat dipersoalkan keluarga korban, Ketua RW menyampaikan ini bukan karena penolakan terkait pilihan politik. Akan tetapi waktu yang saat itu memang sudah sangat singkat jelang petang hari.
"Sedangkan keluarga almarhumah meminta agar jenazah dimakamkan hari itu juga," ujarnya ketika diklarifikasi oleh Republika.co.id.
Menurutnya, pemberitaan yang muncul di media bahwa nenek Hindun yang ditolak disholatkan di musala, atau tidak mau disholatkan tokoh agama, itu tidak benar. Apalagi ketika urusan meninggal seperti ini dikait-kaitkan dengan pilihan di Pilkada DKI.
"Warga di sini ini paling 'sergep' kalau ngurusin tetangga yang meninggal, bahkan di RT 03 itu ada paguyuban bantuan sosial untuk keluarga yang meninggal, besarannya Rp 1,1 juta," ujarnya.
Ishak menyampaikan pihaknya akan meluruskan persoalan ini. Bersama kelurahan ia akan berupaya mempertemukan warga, perangkat RT, pengurus musala dan pihak keluarga almarhum nenek Hindun. Bahkan ia berjanji akan terbuka mengundang media agar tidak ada lagi kesalahan pemberitaan seperti sebelumnya.