REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Dewan Bisnis Turki-Belanda, Foreign Economic Relations Board (DEİK), meminta agar pertikaian diplomatik antara Turki dan belanda dapat segera diselesaikan. Pertikaian tersebut dinilai akan mengganggu iklim investasi kedua negara.
Menurut data dari Kementerian Ekonomi Turki, Belanda mengambil bagian terbesar dalam arus masuk investasi asing ke Turki dengan nilai lebih dari 22 miliar dolar AS pada akhir 2016. Kepala DEIK, Murat Özyeğin, mengatakan ia berharap hubungan bilateral dapat kembali normal agar tidak ada kerugian lebih lanjut.
"Saya berharap langkah Belanda itu bukan permanen. Saya percaya mereka akan kembali ke semula secepat perubahan suasana politik negaranya," kata Özyeğin seperti dikutip Hareetz.
Ia menjelaskan, perdagangan antara Belanda dan Turki telah meningkat tiga kali lipat selama 10 tahun terakhir. Sehingga Belanda kini telah menjadi salah satu investor utama Turki.
Nilai ekspor Belanda ke Turki mencapai 6 miliar dolar AS pada akhir 2016. Sedangkan, ekspor Turki ke negara itu mencapai sekitar 3 miliar dolar AS selama periode itu.
Tahun lalu, Belanda mengambil 14 persen saham di Turki FDI yang masuk sebesar 956 juta dolar AS. Ada sekitar 2.700 perusahaan Belanda di Turki, termasuk ING Bank dan Rabobank.
Dalam industri pariwisata, total 906.336 orang Belanda mengunjungi Turki tahun lalu, mengambil sekitar 3,6 persen dari pangsa total kedatangan. Pada 2012, kedua negara merayakan 400 tahun hubungan diplomatik.
Baca juga, Turki Segel Kedutaan Besar Belanda.
Pada Ahad (12/3), Turki mengancam akan membalas Belanda dengan cara yang lebih keras. Belanda melarang Menteri Turki untuk datang dan berbicara di hadapan warga Turki di Rotterdam pada 16 April mendatang, terkait referendum yang akan dilakukan Turki.
Özyeğin turut mengecam langkah Belanda yang tidak mengizinkan Menteri Turki untuk mengunjungi negara itu. Menurutnya, keputusan itu tidak dapat diterima dan ia mendesak adanya langkah diplomatik untuk mengakhiri ketegangan.