Selasa 14 Mar 2017 09:14 WIB

Hubungan Memanas, Turki Larang Masuk Dubes dan Diplomat Belanda

Rep: Puti Almas/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.
Foto: Reuters
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Duta Besar Belanda untuk Turki tidak diizinkan melakukan perjalanan kembali ke Turki. Pesawat yang membawa diplomat Belanda juga dilarang terbang di langit Turki.

Aturan ini diberlakukan oleh Ankara seiring meningkatnya ketegangan dua negara, Senin (13/3).  Pemerintah Turki menganggap tindakan ini sebagai langkah balasan atas larangan Belanda terhadap dua menteri Turki yang hendak menghadiri kampanye di negara itu guna meminta dukungan jelang referendum.

"Kami melakukan apa yang mereka lakukan kepada kami. Kami tak mengizinkan pesawat membawa diplomat atau utusan Belanda mendarat atau menggunakan wilayah udara Turki," ujar Wakil Perdana Menteri Numan Kurtumulus dalam keterangan pers, Senin (13/3).

Pada Sabtu (11/3) lalu, Pemerintah Belanda membatalkan izin penerbangan Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusolu ke Belanda. Kemudian, negara itu juga memblokir konvoi Menteri Keluarga Turki Fatma Betul Sayan Kaya dan memaksa ia pergi di bawah pengawalan polisi.

Kemudian, warga Turki di Rotterdam, Belanda yang melakukan aksi unjuk rasa damai juga harus berhadapan dengan kepolisian Belanda. Petugas keamanan itu membawa pentungan dan meriam air untuk membubarkan para demonstran.

Dengan langkah balasan tersebut, duta besar Belanda yang saat ini sedang dalam masa cuti, ia tidak bisa balik lagi ke Turki. Pemerintah Turki juga menutup wilayah udara negara itu bagi para diplomat Belanda lainnya.

 "Ada krisis sangat mendalam antara Turki dan Belanda, tetapi kami tidak menciptakan ini atau membawa hingga ke tahap ini, mereka harus memperbaikinya," ujar wakil perdana menteri dan kepala juru bicara pemerintah Turki, Senin (13/3).

Pernyataan itu datang beberapa jam setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menuding bahwa sejumlah negara Uni Eropa kembali ke era nazisme. Ia juga memperingatkan bahwa para menteri negaranya akan mengambil langkah untuk menuntut Belanda ke pengadilan hak asasi manusia (HAM) Eropa.

Baca juga, Turki Segel Kedutaan Besar Belanda.

Sebelumnya, Erdogan juga menyalahkan Kanselir Jerman Angele Merkel. Ia mengkritik dukungan yang pemimpin perempuan itu berikan terhadap Belanda untuk melarang kampanye referendum Turki di negara itu.  "Nyonya Merkel mengapa Anda menyembunyikan teroris di negara Anda dan tidak melakukan apa-apa?" kata Erdogan.

Selama ini Belanda dan Jerman memiliki komunitas imigran Turki dalam jumlah besar. Selain itu ada Austria, Denmark, dan Swiss. Para pejabat di negara-negara itu tidak mengizinkan para pejabat Turki untuk melakukan kampanye di wilayah teritori mereka atas alasan keamanan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement