REPUBLIKA.CO.ID, Maraknya aksi tawuran atau klithih di Yogykarta sangat meresahkan berbagai pihak. Kondisisi ini, telah mendorong segenap komponen masyarakat berupaya melakukan berbagai cara untuk mencegah marakanya aksi tersebut.
Salah satunya anggota Sat Binmas Polres Sleman Bripda Djuwani. Menurut dia, salah satu cara paling efektif menangkal aksi klithih adalah dengan memakmurkan masjid.
“Aktivitas memakmurkan masjid bisa mengontrol pergerakan klithih,” ujarnya. Pasalnya ketika sebuah masjid ramai dengan aktivitas, masyarakat dapat memantau pergerakan orang-orang di sekitarnya.
Hal ini terbukti di Kecamatan Berbah beberapa tahun yang lalu. Di mana saat itu jalanan di kecamatan tersebut sangat sepi dan sering digunakan sebagai tempat tawuran oleh anak-anak sekolah.
Namun, setelah masyarakat sepakat untuk memakmurkan masjid, lambat laun aksi klithih di wilayah tersebut menghilang. Sebab, jalan yang tadinya sepi menjadi ramai. Ditambah anak-anak yang sebelumnya terlibat klithih beralih jadi ikut dalam kegiatan memakmurkan masjid.
“Di sisi lain di Yogyakarta kan masih ada budaya pekewoh (sungkan). Jadi kalau lihat masjidnya ramai, pelaku juga sungkan untuk melakukan klitih,” ujar Djuwani.
Hal ini pun dibenarkan oleh Kanit Binpolmas Polres Sleman, Ipda Oktavia Ratna Puspita Sari. Menurutnya, selain menghidupkan kegiatan yang lebih positif, saat ini, kepolisian telah aktif untuk melakukan razia pada anak-anak sekolah.
Namun begitu, tindakan ini juga harus didukung oleh peran aktif masyarakat. Seperti dengan melakukan peningkatan siskamling dan ronda. Ia meminta agar masyarakat memperhatikan anak-anaknya. Jangan sampai mereka pergi dari rumah dengan membawa senjata tajam yang tidak jelas akan dipergunakan untuk apa.
“Kalau sudah bawa gear, rantai, dan pedang dari rumah kan sudah menunjukkan tanda-tanda mau klithih,” katanya. Karena itu, penting juga bagi sekolah untuk memeriksa bawaan siswa-siswinya saat belajar.
Ketua Satgas Kenakalan Remaja Muhammadiyah, Endra Widiarsono mengatakan, saat ini, pihaknya telah membuat zona aman sekolah. Terutama di wilayah-wilayah yang dekat dengan perkampungan. Pasalnya, perkampungan yang notabene sepi selalu menjadi tempat sasaran aksi klithih.
Di sisi lain, jalan yang kerap kali dijadikan tempat klithih adalah Jalan Monjali. “Setidaknya ada 62 sekolah se-Kota Yogyakarta yang kami awasi di zona aman sekolah,” kata Endra.