REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musabaqah Hafalan Alquran dan Hadis (MHQH) Pangeran Sulthan Bin Abdul Aziz Alu Suud tingkat Nasional kembali digelar. Ajang lomba hafalan Alquran dan Hadis ini akan berlangsung dari 13-16 Maret 2017.
Diselenggarakan sejak 2007, MHQH tingkat Nasional tahun ini merupakan gelaran yang ke-IX. Namun demikian, penyelenggaraan tahun ini merupakan kali pertama keikutsertaan peserta wanita.
Direktur Urusan Agama Islam M Thamrind menyambut baik dibukanya kesempatan bagi kaum Hawa untuk mengikuti ajang MHQH tahun ini. Dari data panitia, MHQH Pangeran Sulthan Bin Abdul Aziz Alu Suud ke-IX diikuti 160 peserta kategori laki-laki dan 30 peserta kategori wanita.
"Mereka umumnya berasal dari pondok pesantren dan LPTQ (Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran) se-Indonesia," ujarnya saat pembukaan MHQH di Grand Ballrom Balairung, Jakarta, Senin (13/03).
MHQH Tingkat Nasional ke-IX ini dibuka oleh Duta Besar Kerajaan Saudi Arabia Syekh Usamah Bin Muhammad Asyaibi. Hadir dalam pembukaan, Atase Agama Kedutaan Besar Kerajaan Saudi Arabia untuk Indonesia Syaikh Saad Bin Husain Annamasi dan Sekretaris Bimas Islam Muhammadiyah Amin.
Usamah menyampaikan, terima kasih kepada Bangsa Indonesia yang telah menyambut kedatangan Raja Salman dengan suka cita. Menurutnya, selain dikenal memiliki para penghafal Alquran dan Hadis yang baik dan bersuara merdu, masyarakat Indonesia juga sangat ramah dan santun.
Usamah berharap, para peserta dapat mengikuti perlombaan ini dengan sportif. Para pemenang lomba nantinya akan diikutkan dalam MHQH Tingkat Asia Pasifik yang ke-VIII di Jakarta.
Sekretaris Bimas Islam Muhammadiyah Amin mengatakan, dipilihnya Indonesia sebagai tuan rumah MHQH Pangeran Sulthan Bin Abdul Aziz Alu Suud karena negeri ini diakui dunia akan kemampuannya dalam bidang hafidz Quran. Bahkan, Indonesia selalu menempati posisi juara 1 tingkat Asia.
Muhammadiyah Amin berharap, forum MHQH ini bisa terus menjadi pendorong berkembangnya pendidikan Alquran di wilayah Indonesia dan kawasan Asia Pasifk. "Minat generasi muda Islam antar bangsa yang harus ditumbuhkan tidak sekedar untuk menghafal, tetapi sekaligus menggali dan mengekspolarasi ilmu-ilmu Alquran dan hadits untuk kemajuan masyarakat, ilmu pengetahuan, tegaknya keadilan,kebenaran dan perdamaian dunia," ucapnya.
"Alquran dan hadis adalah pedoman dan inspirasi terhadap kemajuan peradaban Islam dalam kompetisi global," tambahnya.