REPUBLIKA.CO.ID, SAMPIT -- Festival Habaring Hurung di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, akan dikemas lebih menarik sehingga bisa menjadi hiburan dan wisata rakyat yang dapat dinikmati semua orang.
"Semua pertandingan yang bisa dilaksanakan di Taman Kota, akan kami gelar di sana. Kami ingin festival tidak sekadar dilaksanakan, tapi juga bisa dinikmati dan diketahui secara luas sehingga masyarakat makin mencintai budayanya," kata Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kotawaringin Timur, Fajrurrahman di Sampit, Selasa (14/3).
Festival Habaring Hurung akan dilaksanakan pada 1 - 7 April. Festival budaya ini akan memperlombakan seni dan olahraga tradisional masyarakat suku Dayak setempat.
Ada 18 cabang yang akan dilomba yakni karnaval budaya, pemilihan putra-putri pariwisata, tari, karungut, mangenta, malamang, mamasak, mangaruhi, sepak sawut, maneweng, manetek, manyila kayu, jukung tradisional, besei kambe, jukung hias, balogo, habayang, manyipet, lagu daerah, lawang sakepeng, fotografi dan panginan sukup simpang.
Tahun ini ada tambahan lomba yaitu malamang dan manyinta. Ini menyesuaikan cabang lomba serupa di tingkat provinsi yakni Festival Budaya Isen Mulang. Jika tidak mengikuti semua cabang lomba, cukup sulit bagi Kotawaringin Timur menjadi juara umum Festival Budaya Isen Mulang.
Selama ini Festival Habaring Hurung dipusatkan di Stadion 29 November Sampit. Hasil evaluasi, sepinya penonton karena lokasi pelaksanaan cukup jauh dari pusat kota.
Untuk itulah tahun ini pelaksanaan lomba akan dipusatkan di Taman Kota Sampit. Selain akan diramaikan pemilihan putra dan putri pariwisata, panitia juga berencana menggelar bazar kuliner tradisional agar suasana makin meriah.
"Kami harap nanti wisatawan luar daerah juga banyak yang datang menyaksikan. Mari kita semua mendukung supaya acara berjalan lancar dan sukses. Ini untuk mendukung Sampit sebagai kota tujuan wisata," harap Fajrurrahman.
Fajrurrahman mengakui, selama ini peserta Festival Habaring Hurung banyak dari perkotaan. Minimnya peserta dari desa diduga karena terkendala biaya untuk memenuhi kebutuhan makan dan penginapan, padahal potensi mereka sangat besar.
Terkait kendala ini, dia mengusulkan agar pembinaannya bisa dianggarkan melalui anggaran desa. Fajrurrahman juga meminta perusahaan besar membantu bidang seni dan budaya dengan menjadi "bapak angkat" atau pembina melalui program tanggung jawab sosial perusahaan.