REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Kementerian Luar Negeri Turki menolak seruan pejabat tinggi Uni Eropa untuk meredakan ketegangan dengan Belanda baru-baru ini, Senin (13/3).
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Federica Mogherini menilai, tindakan Turki sia-sia. Sebelumnya Ankara marah setelah Belanda melarang menteri-menteri Turki untuk kampanye tentang referendum soal perluasan kekuasaan presiden.
Turki mengambil langkah diplomatik dengan melarang Dubes Belanda untuk Turki kembali ke Ankara. Turki juga menunda sejumlah pertemuan politik tingkat tinggi.
Dalam perkembangan terbaru, Kementerian Luar Negeri Turki mengatakan, sangat prihatin karena Uni Eropa membela Belanda. Pada Senin, Mogherini menyeru Turki untuk menahan pernyataan berlebihan dan mengambil langkah yang bisa memperburuk situasi.
Baca juga, Turki Segel Kedutaan Besar Belanda.
Beberapa waktu lalu, Presiden Recep Tayyip Erdogan menyebut Belanda sisa-sisa Nazi. Belanda pun tidak terima dan mendesak Turki untuk meminta maaf. Turki mengancam akan berlakukan sanksi sementara Belanda bersikukuh tidak bersedia bernegosiasi di bawah ancaman.