REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masuknya Islam di Kosovo tak lepas dari penaklukan Utsmaniyah atas Balkan, termasuk Kosovo. Sebelum Pertempuran Kosovo pada 1389, seluruh wilayah Balkan telah dikristenkan oleh Kekaisaran Romawi. Dari 1389 sampai 1912, Kosovo secara resmi diatur oleh Kekhalifahan Utsmaniyah. Pada masa inilah proses islamisasi terjadi.
Sampai abad ke-16 laju Islamisasi di Kosovo masih minim. Proses Islamisasi hanya terbatas pada pusat-pusat kota. Laju Islamisasi meningkat secara signifikan pada paruh kedua abad ke-16. Hal ini disebabkan mereka ingin terhindar dari pajak yang dikenakan bagi non-Muslim. Sistem pajak ini diberlakukan oleh Utsmaniyah.
Setelah Perang Dunia II, Kosovo diperintah oleh otoritas sosialis sekuler di Republik Federal Sosialis Yugoslavia (SFRY). Selama periode itu, Kosovo menjadi semakin sekuler.
Selama Perang Kosovo 1999, 218 dari 540 masjid di Kosovo (hampir 40 persen) dihancurkan oleh pasukan negara (Republik Federal Yugoslavia). Selain masjid, kerusakan juga terjadi pada warisan budaya ottoman dan pembakaran di Pusat Komunitas Islam Kosovo dan arsipnya.
Hal ini menyebabkan gelombang serangan balas dendam terhadap gereja-gereja oleh ekstrimis Muslim Albania di mana puluhan gereja dirusak. Serangan-serangan ini secara efektif berakhir setelah enam pekan pada akhir Agustus 1999, setelah banding yang dilakukan oleh para pemimpin politik Kosovo dan oleh Mufti.
Organisasi resmi umat Islam di Kosovo bernama Komunitas Islam Kosovo yang dipimpin oleh Mufti. Kontak antara Komunitas Islam Kosovo dan Gereja Katolik Kosovo telah lama terjadi.
Pada 2011, kedua kelompok keagamaan ini mulai melakukan pertemuan rutin pada tingkat Mufti dan Uskup baik Gereja Katolik dan Gereja Ortodoks Serbia di Kosovo.