REPUBLIKA.CO.ID, ATAMBUA -- Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyempatkan mendatangi pintu gerbang perbatasan Republik Indonesia dan Timor Leste di Motaain, Atambua, Nusa Tenggara Timur, Selasa (14/3). Amran mengatakan pertanian di wilayah perbatasan harus ditingkatkan, karena selain sebagai lumbung pangan masyarakat di perbatasan, hasil pertanian bisa diekspor ke negara tetangga.
"Ini coba kita lihat, ini di lempar saja (hasil pertanian), di lempar nyeberang sudah ekspor. Tinggal tanam disini, hasilnya langsung dikirim selesai," ujarnya di pos lintas batas RI-Timor Leste.
Untuk itu, Amran meminta masyarakat di perbatasan untuk tidak malas dalam mengembangkan pertanian. Selain itu, masyarakat juga harus lebih fokus bertani dibandingkan mengurusi hal-hal yang bukan menjadi bidang mereka.
"Masalahnya malas. Selain itu petani ini banyak urusannya, segala diurusi, mulai dari pemilihan kepala daerah sampai presiden juga diurusi. Lebih baik fokus dalam bertani, agar hasilnya berlimpah," katanya.
Amran menegaskan keseriusannya dalam membangun pertanian di wilayah perbatasan. Sebab hal tersebut merupakan perintah dari Presiden Joko Widodo dan termasuk dalam program Nawacita.
"Perintah dari Bapak Presiden itu bangun dari pinggiran. Sekarang perbatasan sudah dibangun, nah diisi pembangunan ini, caranya mengisi adalah membuat lumbung pangan perbatasan," jelasnya.
Amran menyebutkan wilayah perbatasan yang telah mulai dibangun diantaranya Morotai, Etinkong, Kepulauan Riau, Lingga, Merauke, Pelelawan Riau dan Maluku. Ia pun mengungkapkan, bahkan sudah ada hasil pertanian wilayah perbatasan yang sudah di jual.
"Seperti bawang merah, kacang hijau, kacang tanah kita lagi cari buyersnya. Ini menjadi lumbung-lumbung pangan perbatasan. Kita sudah ekspor, kita sudah tanam, dan itu perintah Bapak Presiden," ungkapnya.
Ia pun menambahkan, pemerintah pusat siap memberikan bantuan yang diperlukan, bukan hanya bibit namun peralatan pertanian yang dibutuhkan.