REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Destika Cahyana
Gubernur Bangka Belitung terpilih yang masih menjabat sebagai Bupati Bangka Tengah, Erzaldi Rosman Djohan, telah mengambil ancang-ancang untuk mengatasi tingginya inflasi di Bangka Belitung yang disebabkan oleh sektor pertanian terutama cabai.
“Kota dan Kabupaten di Bangka tingkat inflasinya mencapai 6,9 persen. Ini angka tertinggi di seluruh Indonesia, bahkan melebihi Papua. Padahal pertumbuhannya hanya 3,4 persen,” kata Erzaldi.
Untuk mengatasi laju inflasi yang disebabkan oleh cabai yang harganya sempat mencapai Rp 220.000 per kilogram (kg), Erzaldi melalui ibu-ibu PKK, Bhayangkari, dan Persit di Kabupaten Bangka Tengah melakukan gerakan tanam (Gertam) cabai.
“Ini pionir gerakan tanam cabai di Bangka Belitung. Nanti setelah dilantik, saya akan gerakkan seluruh provinsi agar masyarakat Bangka Belitung terbebas dari problem kenaikan harga cabai,” kata suami dari Melati Erzaldi, S.H. itu pada pencanangan Gertam Cabai di lahan bekas tambang Bukit Kijang, Kecamatan Namang, Kabupaten Bangka Tengah, Selasa (14/3) kemarin.
Melalui gerakan tersebut Erzaldi menginstruksikan setiap ibu-ibu menanam 5-10 tanaman cabai di pekarangan rumahnya. Setiap tanaman, siklus hidupnya rata-rata menghasilkan 0,6—1 kg cabai sehingga dari pekarangan rumah sendiri dapat dipanen 6—10 kg cabai.
“Seingat saya, dulu Ibu saya tidak pernah membeli cabai karena tinggal memetik di pekarangan. Jadi aneh bila saat ini Ibu-ibu kelabakan gara-gara harga cabai melonjak,” kata anak ketiga dari mantan Walikota Pangkal Pinang, Rosman Djohan itu.
Dengan asumsi konsumsi cabai per kapita 2 kg per tahun saja, maka keluarga dengan anggota empat orang sudah terpenuhi kebutuhan cabainya karena kebutuhan hanya 8 kg per tahun.
“Minimal belanja untuk cabai dapat dikurangi sehingga tak perlu terjadi inflasi gara-gara cabai,” kata Erzaldi.
Gerakan Tanam Cabai yang dilakukan ibu-ibu PKK Kabupaten Bangka Tengah tersebut merupakan tindak lanjut dari MOU PKK Pusat dengan Kementerian Pertanian untuk mengatasi kelangkaan cabai.
“Di Provinsi Babel saya dahului dengan merespons program pusat lebih cepat,” kata Melati Erzaldi, ketua PKK Kabupaten Bangka Tengah.
Di tingkat provinsi dan kabupaten gerakan tersebut dilakukan Kementerian Pertanian melalui Badan Pengkajian dan Teknologi Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), yang tersebar di 33 provinsi.
Khusus untuk Provinsi Bangka Belitung, Balitbangtan juga menugaskan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian (BBSDLP), Bogor, karena lahan di Bangka Belitung didominasi lahan bekas tambang.
“Bangka Belitung memiliki lahan bekas tambang terluas di tanah air,” kata Kepala Balai Besar Penelitian Sumberdaya Lahan Pertanian, Dr. Ir Dedi Nursyamsi, M.Agr.
Tercatat total lahan bekas tambang di Bangka Belitung mencapai 124.838 ha yang tersebar 79.163 ha di Bangka dan 45.675 ha di Belitung.
Pada acara tersebut BBSDLP memberikan contoh budidaya cabai di lahan bekas tambang yang semula kering kerontang. Cabai dibudidaya dengan teknik fertigasi alias fertilizer bersamaan dengan irigasi yang mirip teknologi hidroponik.
“Lahan bekas tambang dianggap nol unsur hara,” kata Dedi. Selain itu BBSDLP juga memperkenalkan budidaya cabai di lahan bekas tambang dengan mereklamasi terlebih dahulu lahan melalui penanaman hijauan sebagai sumber bahan organik.