REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PD Pal Jaya menyebut sebanyak dua juta bakteri escherichia coli atau e coli per 100 cc air terdapat di sungai Jakarta. Data tersebut berasal dari Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta pada 2014. E coli merupakan indikator kualitas air yang mengindikasikan bahwa air tersebut terkontaminasi oleh tinja.
"Kondisi sungai Jakarta, terdapat e coli tinja dua juta per 100 cc, seharusnya berdasarkan baku mutu 2.000 e coli. Itu data BPLHD 2014," kata Direktur Utama PD PAL Jaya Subekti di Kelurahan Pekajon, Tambora, Jakarta Barat, Rabu (15/3).
Ia menyebut, hal itu mengindikasi masyarakat langsung buang tinja ke sungai. Ia menyebut, Pal Jaya hanya mengoperasikan 150 dari 322 truk sedot limbah tinja per hari. Jumlah tersebut hanya mampu mengolah 300 meter kubik per hari. Padahal, ia mengatakan, Pal Jaya mampu mengelola 1.800 meter kubik per hari.
Subekti menyebut, rendahnya pengelolaan limbah tinja menyebabkan 50 persen air tanah di Jakarta tercemar bakteri e coli. Ia menyebut, permintaan masyarakat untuk melakukan sedot limbah tinja masih rendah. Salah satu sebabnya, karena ketidaktahuan masyarakat. Ia menjelaskan, salah kaprah anggapa yang menyebut sedot limbah tinja dapat dilakukan lima hingga 10 tahun sekali. Hal itu akan berdampak pada merembesnya limbah tinja pada air tanah.
Koordinator lapangan Hendri LW Sitohang menyebut, pihaknya bersama Pemda DKI Jakarta dan USAID Indonesia Urban Water, Sanitation and Hygiene menyenggarakan kegiatan Gerakan Bersih Lingkungan Hidup dengan Gotong Royong (Grebeg). Kegiatan tersebut terdiri dari Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (L2T2) dan Bank Sampah di Kelurahan Pekojan.
"Kegiatan kita door to door yang meminta masyarakat agar tidak buang limbah sembarangan, menjual sampahnya dan Pal Jaya mengelola lumpur tinja," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Bank Sampah Kelurahan Pekojan, Hidayat Supriyatna menuturkan, daerahnya menyediakan wadah untuk warga membuang sampah. Sampah rumah tangga yang dihasilkan dapat dibuat kompos, baik organik dan bukan organik, serta kerajinan tangan yang bernilai ekonomi.
Setiap sampah dihargai Rp 1.250 sampai Rp 2.000. Ia menyebut, uang yang dihasilkan dapat dikumpulkan atau sistem tabung untuk membayar sedot limbah tinja seharga Rp 330 ribu.
Sementara itu, Ketua USAID IUWASH, Louis O’Brien mengapresiasi upaya mewujudkan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) di Kelurahan Pekajon. Ia menyebut, inovasi menyediakan air bersih dan sanitasi yang baik sukses dilakukan di daerah itu.
"Inovasi harus ada dukungan kuat dan besar antara pemda, sektor swasta, masyarakat. Semoga proyek ini bisa menjadi contoh daerah lain," ujar dia.