REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta warga Jakarta untuk tidak mengaitkan kebijakan Gubernur DKI Jakarta nonaktif Basuki Tjahaja Purnama dengan identitas kesukuan, agama, ras dan antargolongan (SARA).
"Tidak ada urusannya dengan itu. Kita boleh tidak setuju dengan kebijakannya, tetapi jangan lihat identitasnya," kata Anies saat sosialisasi di Taman Sari, Jakarta Barat, Rabu (15/3).
Ketika berdialog dengan warga, Anies mengatakan, terdapat 300 titik di Jakarta yang terancam digusur. Dia kemudian bertanya tentang pemimpin yang kerap menggusur warga yang dijawab warga dengan menyebutkan nama Gubernur Basuki Tjahaja Purnama.
Saat itu, salah satu warga sempat menyebut identitas etnis tertentu sebagai tukang gusur yang kemudian ditanggapi Anies bahwa penggusuran merupakan kebijakan yang tidak berkaitan dengan hal itu.
Anies kemudian menceritakan kondisi warga Kampung Akuarium yang telah digusur pada April 2016 lalu. Bekas gusuran Kampung Akuarium saat ini tinggal puing-puing bangunan. "Tinggal puing-puing, tetapi masih ada warga yang bertahan tinggal di tempat itu," ujarnya.
Putaran kedua Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 diikuti dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, yaitu Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.