Kamis 16 Mar 2017 05:52 WIB

Pemilu Belanda Uji Toleransi Terhadap Muslim dan Imigran

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Dwi Murdaningsih
Pimpinan Partai Kebebasan Belanda (PPV) Geert Wilders.
Foto: AP
Pimpinan Partai Kebebasan Belanda (PPV) Geert Wilders.

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM - Belanda menguji toleransi terhadap Muslim dan imigran dalam pemilu yang diselenggarakan pada Rabu (15/3). Pemilu Belanda ini merupakan pemilu pertama dari tiga pemilu besar yang akan dilakukan Uni Eropa tahun ini.

Perdana Menteri Mark Rutte (50) dari Partai VVD bersaing dengan partai anti-Islam dan anti-Uni Eropa, PVV, yang dipimpin oleh Geerts Wilders (53). Sebanyak 13 juta pemilih mulai memberikan suara di TPS-TPS di seluruh negeri.

Media nasional NOS melaporkan, di pagi hari jumlah pemilih telah mencapai 15 persen atau dua persen lebih banyak dari pemilu parlemen pada 2012. Empat dari 10 pemilih yang belum menentukan pilihan sehari sebelum pemungutan suara dan margin yang ketat antar kandidat sebesar empat persen membuat hasil pemilu sulit diprediksi.

Wilders, yang bersumpah untuk melakukan de-islamisasi Belanda, dinilai memiliki sedikit kesempatan untuk menduduki kursi pemerintahan, mengingat tokoh-tokoh terkemuka enggan bekerja sama dengannya. Namun, jika PVV mencapai posisi pertama, tentunya tetap akan memberikan kejutan untuk seluruh Eropa.

"Apapun hasil dari pemilu hari ini, jin tidak akan kembali ke dalam botol dan revolusi patriotik, hari ini atau besok, akan tetap berlangsung," kata Wilders di The Hague.

Dalam perdebatan akhir pada Selasa (14/3) malam, Wilders terlibat bentrok dengan Lodewijk Asscher, dari Partai Buruh yang telah kehilangan dua pertiga kursi di jajak pendapat. Asscher membela hak-hak Muslim yang taat hukum, agar mereka tidak diperlakukan sebagai warga negara kelas dua.

"Belanda milik kita semua, dan semua orang melakukan yang terbaik," kata dia.

"Belanda bukan untuk semua orang, Belanda hanya untuk Belanda," balas Wilders.

Sementara itu, Rutte menggambarkan pemilu Belanda sebagai babak perempat final sebelum memasuki pemilu Prancis dan Jerman yang digambarkannya sebagai babak semifinal. Menurutnya, jika Wilders meraih kemenangan, dampaknya akan dapat dirasakan lebih di luar Belanda.

"Saya pikir seluruh dunia akan melihat, setelah Brexit, setelah pemilu Amerika, ada populisme yang salah yang telah menang," katanya.

Jajak pendapat terakhir menunjukkan, persentase partainya unggul tiga poin dari Wilders.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement