REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Ketua Umum Nahdlatul Ulama serta anggota Dewan Pertimbangan Presiden, KH Hasyim Muzadi meninggal dunia di Malang pada Kamis (16/3) pagi. Kiai Hasyim wafat pada usia 72 tahun.
Pengusaha sekaligus Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi mengatakan, almarhum KH Hasyim Muzadi merupakan sosok yang sangat terbuka dan berani menyampaikan kritik kepada pemerintah. Kritik yang disampaikan tersebut dalam rangka memberikan perbaikan kepada bangsa Indonesia.
"Saya pikir Pak Hasyim ini berani ngomong terbuka, dia mengatakan yang dia merasakan tidak benar, kadang-kadang sakit tapi tidak bisa apa-apa karena itu betul," ujar Sofjan di Kantor Wakil Presiden, Kamis (16/3).
Sofjan menyebut, sikap terbuka dan berani mengkritik inilah yang membuat almarhum menjadi sosok yang menonjol terutama dalam kepemimpinan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Sofjan mengatakan, salah satu yang dikritik oleh almarhum yakni mengenai ketidakberesan pemerintah yang harus diperbaiki.
Sikap kritis inilah yang akhirnya membuat Sofjan dan almarhum sering bertemu. Sofjan mengatakan, dia juga termasuk orang yang vokal dalam mempersoalkan kebijakan pemerintah yang mesti diperbaiki.
"Kita cocoknya dalam persoalan itu, bisa saling mengkritik bahwa ini kenyataan harus diperbaiki dan berani ngomong terbuka, ini saya belajar dari Pak Hasyim Muzadi," kata Sofjan.
Sofjan mengatakan, dia dan almarhum Hasyim Muzadi kerap melakukan diskusi mengenai persoalan ekonomi. Tak hanya itu, keduanya juga kerap berdiskusi mengenai persoalan bangsa karena mereka ingin membantu menyelesaikan permasalahan yang dianggap tidak benar, misalnya saja kebijakan pemerintah.
Di mata Sofjan, almarhum Hasyim Muzadi telah menjalankan dan melanjutkan perjuangan yang telah dilakukan oleh Gus Dur yakni mengenai kebhinekaan dan pancasila demi kemajuan bangsa Indonesia. Selain itu, almarhum juga mengajak umat untuk maju secara bersama-sama.