REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rencana Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mendorong perusahaan sawit memanfaatkan limbah menjadi listrik. Program tersebut rupanya tidak begitu disambut baik perusahaan sawit.
"Uangnya dari mana?," ujar Corporate Affairs Manager PT Musim Mas Togar Sitanggang kepada Republika, Kamis (16/3).
Ia melanjutkan, perlu dana investasi sebesar 4 juta dolar AS atau sekitar Rp 53 miliar untuk menghasilkan 2 Mega Watt. Angka tersebut diakuinya berat bagi perusahaan meski dikatakan Kementerian ESDM akan memberikan keuntungan finansial bagi perusahaan.
Namun menurut Tigor, investasi metana yang dihasilkan dari limbah sawit lebih kepada lingkungan, bukan bisnis. Lagipula, kata dia, tarif listrik dari biogas yang ditawarkan tidak cukup baik.
"Mestinya harganya super premium," katanya.
Menurutnya ketetapan tarif di Peraturan Menteri terakhir sudah lumayan tinggi. "Belum baca tapi begitu komentar teman-teman," lanjut dia.
Namun yang pasti, kata dia, harus hati-hati dalam menentukan ketetpan tersebut sebagai mandatory sebelum adanya solusi pembiayaan dan insentif dari pemerintah kepada perusahaan. Selama ini limbah sawit perusahaanya kebanyakan berakhir sebagai pupuk. Setelah melewati perlakukan tertentu, sebagian limbah dialirkan ke kebun sebagai pupuk.
"Sisanya ya dibuang," ujarnya.