Kamis 16 Mar 2017 20:21 WIB

Perusahaan Sawit Minta Harga Beli Listrik Tinggi

Rep: Melisa Riska Putri/ Red: Nur Aini
Pekerja memanen kelapa sawit di perkebunan inti rakyat Mesuji Raya, OKI, Sumatera Selatan, Rabu (7/9).
Foto: Antara/Budi Candra Setya
Pekerja memanen kelapa sawit di perkebunan inti rakyat Mesuji Raya, OKI, Sumatera Selatan, Rabu (7/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan menyambut baik rencana pemerintah untuk memanfaatkan limbah sawit menjadi sumber tenaga listrik. Limbah yang dimaksud adalah dalam bentuk Palm Oil Mill Effluent (POME), memanfaatkan metana yang dihasilkan menjadi listrik.

Namun Managing Director Sustainability & Strategic Stakeholder Engagement Golden Agri-Resources (GAR) Agus Purnomo, pihaknya menunggu peraturan yang jelas dari pemerintah terkait hal tersebut. Meski dari segi teknologi, fasilitas yakni limbah sawit telah dimiliki industri.

"Tapi memang kalau kita bikin listrik, PLN mau beli nggak? Beli harga berapa?" ujarnya saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (16/3).

Seharusnya, kata dia, untuk menjalankan keinginan pemerintah memanfaatkan limbah sawit menjadi listrik, PLN diberi tugas membeli listrik yang dihasilkan dengan harga tinggi selayaknya listrik dari bahan sustainable atau berkelanjutan. "Jangan disamakan dengan listrik dari pembangkit solar, kan harga solar lagi murah-murahnya nih," katanya.

Sebab untuk mengelola limbah sawit menjadi listrik diperlukan berbagai alat. Pertama, kata dia dibutuhkan alat untuk mengumpulkan gas dan kemudian mengubahnya menjadi sumber listrik atau gas engine. Harga untuk membeli mesin tersebut diakui Agus cukup mahal dan memberatkan pihak perusahaan sehingga perlu harga beli tinggi dari PLN.

Selain itu, persoalan lain dari pembangkitan listrik tersebut karena jarak yang jauh. Umumnya, kebun sawit berada di tempat terisolasi yang jauh dari jaringan listrik sehingga diperlukan kabel dari kebun ke gardu PLN. Sehingga perusahaan berharap pemerintah dalam hal ini PLN mau menanggung biaya infrastruktur tersebut.

Dalam kesempatan tersebut Agus menekankan agar pemerintah menyiapkan peraturan secara detail. Sebab jika peraturan yang diterbitkan terkesan asal, maka upaya pemanfaatan POME menjadi listrik juga tidak akan berlangsung baik. "Mereka akan asal-asalan, yang penting menjalankan perintah," ujar dia. Maksudnya, perusahaan akan membeli gas engine kualitas buruk, tidak mengumpulkan metana dengan cara yang tepat dan baik demi menjalankan kewajiban pemerintah semata.

Sebenarnya, ia mengatakan, industri sawit hampir tidak menghasilkan limbah. Setelah buah sawit dimanfaatkan, cangkang yang ada masih dapat digunakan untuk menambah kelembababan di kebun dan sebagai bahan bakar. Limbah sawit juga bisa menghasilkan pupuk cair yang bisa mengurangi penggunaan pupuk butiran. "Dan kita sudah melakukan itu. Jadi, praktiknya proses pengolahan sawit tidak berlimbah," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement