REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- KH Hasyim Muzadi tetap ingin mendampingi para santri kendati sedang sakit. Almarhum bahkan bersikeras ingin mengajar dan membersamai para santri mengkhatamkan kitab Al-Hikam. Kisah itu meluncur dari kesaksian Wakil Pengasuh Ponpes Al-Hikam Malang, Muhammad Nafi'.
Gus Nafi' yang juga merupakan keponakan Hasyim Muzadi menuturkan dalam kondisi sakit almarhum masih bolak-balik ke Ponpes Al-Hikam 2 di Kukusan Beji Depok. "Meski gerah (sakit) beliau masih ingin terus mengajar, mengontrol masjid, seperti itu," kenang Gus Nafi' yang ditemui usai upacara pemberangkatan jenazah.
Namun semenjak keluar dari Rumah Sakit Lavalette Senin (13/3) kemarin, Kiai Hasyim tidak banyak berkomunikasi dan lebih banyak diam. "Terakhir menyapa para santri tiga hari lalu," terangnya.
Sepeninggal Kiai Hasyim, Ponpes Al-Hikam akan dinakhodai oleh putra ketiganya yakni Gus Hilman. Gus Nafi' pun meminta doa dari masyarakat semoga Gus Hilman, ia, dan seluruh ustaz dapat melanjutkan perjuangan almarhum.
Kenangan senada juga terlontar dari Alfian Futukhul Hadi, keponakan Kiai Hasyim lainnya. Menurut Alfian sebelum dibawa ke Rumah Sakit Lavalette pertama kali pada Januari silam, anggota Watimpres itu dibawa ke RSPAD Gatot Subroto Jakarta. "Tapi beliaunya tidak mau karena jadi jauh dengan santri akhirnya minta dibawa ke Malang," tutur Alfian.
Selama di Malang, ulama asal Bangilan Tuban itu dua kali opname di RS Lavalette. Ponpes Al-Hikam di Jalan Cengger Ayam menuju RS Lavalette dapat ditempuh dalam waktu sekitar 15 menit. Jarak yang dekat inilah yang membuat Kiai Hasyim bersedia dirawat di sana.
Baca Juga: Gus Hasan: KH Hasyim Muzadi Mengabdi untuk Bangsa.
Selama dirawat di Malang, sang kiai kharismatik ini meminta agar 22 santrinya di Depok ikut hijrah ke Malang. Ke-22 santri itu merupakan santri tingkat akhir yang akan segera lulus. "Karena mau lulus maka beliau ingin membersamai mereka mengkhatamkan Al-Hikam," terang Alfian.