Kamis 16 Mar 2017 18:22 WIB

Pemerintah Daerah Kunci Pengembangan CBT

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Yudha Manggala P Putra
Salah satu kawasan perbatasan Indonesia dan Malaysia di pulau Kalimantan.
Foto: kaskus.us
Salah satu kawasan perbatasan Indonesia dan Malaysia di pulau Kalimantan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cross Border Tourism (CBT) menjadi sektor pariwisata yang diandalakan pemerintah. Pengembangan CBT disejumlah pos-pos perbatasan pun gencar dilakukan, termasuk Sambas, Kalimantan Barat. Pemerintah Daerah (pemda) disebut-sebut menjadi kunci sukses berkembangnya CBT di kawasan tersebut.

Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Asia Tenggara Kementerian Pariwisata Rizki Handayani Mustafa mengatakan, pengembangan CBT itu harus dimulai dari pemda terlebih dahulu. Dia mengatakan, mereka mengetahui keperluan di daerah untuk mengembangkan potensi wisata yang ada.

"Mereka juga mengetahui akses menuju ke tempat wisata tertentu apa yang harus diperbaiki serta pembenahan di sekitar objek wisata," kata Rizki Handayani di Jakarta, Kamis (16/3).

Banyaknya jumlah wisatawan yang masuk ke nusantara setelah diadakannya festival wonderfull Indoensia pada tahun lalu menandakan potensi perbatasan sebagai lokasi wisata. Rizki mengatakan, hanya saja Indonesia masih kurang dalam hal penyiapan destinasi wisata perbatasan.

Pemda, dia mengatakan, belum bisa menyiapkan lokasi-lokasi yang dapat dikunjungi bersamaan dengan perhetalan festival wonderfull Indonesia. Keterbatasan amenitas, aksesibitas dan atraksi masih jadi penghalang berkembangnya wisata tapal batas.

Rizki mengatakan, pengembangan destinasi wisata ada di tangan pemerintah daerah. Dia melanjutkan, perizinan pembangunan atau ketersediaan lahan merupakan kewenangan pemda. "Daerah mana yang siap dikembangkan itu pemda yang lebih mengatahui. Misal ada lahan yang bisa dikembangkan dan itu clean and clear baru kami carikan investornya," katanya.

Pengamat Pariwista Universitas Pancasila Fahrurozy Darmawan mengatakan, hal menandakan kualitas dari kesuksesan wisata di tapal batas adalah lama waktu tinggal wisatawan. Dia mengatakan, semakin lama waktu yang dihabiskan semakin baik pula kualitas CBT tersebut.

"Artinya semakan lama semakin banyak uang yang di habiskan, kalau sudah begitu masyarakat disana akan semakin bergairah dengan pariwisata," kata Fahrurozy.

Dia mengatakan, pemerintah harus lebih kreatif lagi dalam mengadakan kegiatan di lokasi wisata perbatasan. Lanjutnya, meski festival terbilang sukses, namun hal itu hanya berlangsung sebentar sekitar dua hingga tiga jam. "Harusnya bisa dibuat acara untuk meningkatkan daya tarik wisman supaya mereka tinggal lebih lama," katanya.

Percepatan pertumbuhan infrastruktur, Fahrurozy mengatakan, akan meningkatkan daya tarik wisman untuk tinggal lebih lama. Sebabnya, dia mengungkapkan, cara paling mudah untuk menyiapkan tempat tinggal bagi wisatawan adalah pembangunan homestay. "Tapi syaratnya harus siap secara usaha. Jangan sampai yang datang ini kecewa karena nggak sesuai standar karena akan memberikan pengalaman buruk buat mereka," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement