REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Kurs dolar AS berakhir lebih rendah terhadap mata uang utama lainnya pada Kamis (16/3) atau Jumat (17/3) pagi WIB. Nilai tukar dolar AS terpuruk setelah bank sentral AS Federal Reserve (Fed) merilis proyeksi terbaru mengenai kenaikan suku bunga lanjutan.
The Fed memutuskan untuk menaikkan kisaran target untuk suku bunga federal funds sebesar 25 basis poin menjadi 0,75-1,00 persen, menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan dua hari pada Rabu (15/3).
Proyeksi The Fed yang diperbarui menunjukkan bahwa para pembuat kebijakan memperkirakan suku bunga naik menjadi sekitar 1,40 persen pada akhir 2017, tidak berubah dari perkiraan semula, menyiratkan dua kali lagi kenaikan suku bunga tahun ini.
Mata uang greenback berada di bawah tekanan karena pernyataan itu relatif dovish dan gagal memberikan sinyal laju yang lebih cepat dari kenaikan suku bunga selanjutnya. Selain itu, dolar AS melemah terhadap euro pada Kamis (15/3), karena hasil pemilu Belanda konsisten dengan jajak pendapat dan meredakan kekhawatiran pasar tentang tren populis dalam jajak pendapat Eropa tahun ini.
Indeks dolar AS, yang mengukur mata uang greenback terhadap enam mata uang utama, turun 0,12 persen menjadi 100,620 pada akhir perdagangan. Pada akhir perdagangan New York, euro naik menjadi 1,0710 dolar AS dari 1,0683 dolar AS di sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2346 dolar AS dari 1,2261 dolar AS di sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,7667 dolar AS dari 0,7657 dolar AS.
Dolar AS dibeli 113,40 yen Jepang, lebih rendah dari 113,87 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS melemah menjadi 0,9978 franc Swiss dari 1,0031 franc Swiss, dan turun tipis menjadi 1,3334 dolar Kanada dari 1,3369 dolar Kanada.