Jumat 17 Mar 2017 12:01 WIB

Beauty and the Beast Lolos Sensor di Indonesia

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Indira Rezkisari
Film Beauty and the Beast.
Foto: ist
Film Beauty and the Beast.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belle (Emma Watson) adalah seorang kutu buku eksentrik yang berasal dari Villeneuve, Prancis. Gadis cerdas itu bercita-cita menjadi petualang agar bisa mengalami banyak hal baru selain rutinitas yang selama ini ia jumpai di desa kecilnya.

Suatu ketika, ayah Belle yakni penemu dan seniman bernama Maurice (Kevin Kline), tersesat di hutan dan terjebak di sebuah kastil menyeramkan. Belle segera datang menyelamatkan sang ayah tanpa tahu bahaya yang menghadang di hadapan.

Kastil tersebut rupanya milik Beast (Dan Stevens) yang mengurung Maurice karena marah pria itu mengambil mawar tanpa izin di kebunnya. Belle yang menggantikan Maurice sebagai tawanan di kastil lambat laun mengenal sosok lain di balik penampilan Beast yang buruk rupa.

Kisah cinta legendaris si cantik dan buruk rupa dalam dongeng klasik Beauty and the Beast mulanya dihadirkan Disney dalam film animasi pada 1991. Kini, Walt Disney Pictures dan Mandeville Films memproduksinya ulang dalam versi live action, yang tayang di Indonesia mulai 17 Maret 2017.

Mereka yang sudah melihat film terdahulunya pasti asyik bernostalgia karena hampir seluruh plot, dialog, musik, hingga detail kecil seperti wujud para pemeran ditampilkan serupa. Mulai dari kelucuan para pelayan istana yang dikutuk menjadi perabot, lagu-lagu indah, dan tentu saja gaun dansa kuning Belle yang sangat ikonik!

Aktris Emma Watson menjadi sentral daya tarik film, menghidupkan karakter Belle yang amat dicintai para penggila Disney Princess. Watson yang bernyanyi cukup baik dalam film beradu akting dengan sempurna dengan Dan Stevens, Luke Evans, Kevin Kline, Josh Gad, Ewan McGregor, Stanley Tucci, Audra McDonald, sampai Emma Thompson.

Namun, sutradara Bill Condon membuat film ini bernuansa lebih 'gelap' sehingga beberapa negara, termasuk Indonesia, mengategorikannya hanya sesuai untuk penonton usia 13 tahun ke atas. Terlebih, Condon yang dalam kehidupan pribadinya menyatakan diri gay secara terbuka juga mengungkap bahwa karakter LeFou (Josh Gad) dalam film diubah menjadi tokoh gay.

Meski lulus sensor, ada adegan serta dialog bernuansa gay yang sebenarnya tidak ada dalam versi animasinya. Para orangtua perlu mencermati ini dengan mendampingi penonton remaja, selain menunjukkan sisi edukatif film yang mengajarkan untuk tidak menilai seseorang hanya dari tampilan luar saja.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement