Jumat 17 Mar 2017 15:38 WIB

Kremlin Bantah Rusia Terlibat Serangan Siber Yahoo

Kremlin di kota Moskow.
Foto: Republika/Dwi Murdaningsih
Kremlin di kota Moskow.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kremlin pada Kamis (16/3) membantah keterlibatan Rusia dalam kejahatan siber setelah Amerika Serikat mendakwa dua agen badan intelijen Rusia (Federal'naya Sluzhba Bezopasnosti/FSB) atas serangan siber di Yahoo yang mengganggu 500 juta akun.

"Seperti yang telah kami sampaikan berulang kali, tidak perlu diragukan lagi tidak ada keterlibatan resmi dari badan Rusia, termasuk FSB, dalam tindakan ilegal di dunia siber," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov dikutip dari Antara News.

Kementerian Kehakiman Amerika Serikat pada Rabu mendakwa dua agen intelijen Rusia dan sepasang peretas atas salah satu serangan siber terbesar dalam sejarah, yang dimulai pada 2014 dengan tujuan melakukan spionase dan memperoleh keuntungan finansial.

Untuk pertama kalinya Washington mengajukan gugatan pidana terhadap pejabat Rusia atas pelanggaran terkait dunia siber, dan dilakukan di tengah penyelidikan terpisah terhadap dugaan campur tangan Rusia dalam pemilu Amerika Serikat.

Agen-agen Rusia yang dituding mengarahkan serangan yang menyasar pejabat Amerika Serikat dan Rusia diidentifikasi bernama Dmitry Dokuchaev dan Igor Sushchin. Keduanya anggota FSB, lembaga penerus KGB Rusia.

Amerika Serikat menyatakan Dokuchaev adalah pejabat di Pusat Keamanan Informasi FSB, yang dikenal sebagai Center 18, yang ditugasi menyelidiki peretasan. Dokuchaev (33) tahun lalu dilaporkan telah ditangkap di Moskow oleh otoritas Rusia dengan tudingan pengkhianatan yang berkaitan dengan Amerika Serikat.

Dia dituduh mengarahkan peretasan di Yahoo bersama dengan atasannya, Sushchin (43). "Kedua pejabat itu melindungi, mengarahkan, memfasilitasi dan membayar peretas kriminal untuk mengumpulkan informasi melalui pengacauan komputer di Amerika Serikat dan tempat lain," kata penjabat asisten jaksa agung Mary McCord kepada wartawan.

Mereka dituduh menyewa dua peretas, Alexsey Belan dan Karim Baratov untuk melancarkan serangan yang berlanjut hingga akhir 2016.

Baratov, yang digambarkan sebagai warga Kanada-Kazakhstan berusia 22 tahun, menurut laporan sudah ditangkap pekan ini di Kanada dengan surat perintah penangkapan Amerika Serikat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement