Jumat 17 Mar 2017 17:13 WIB

Perbandingan Penemuan Minyak dengan Produksi Masih Rendah

Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Wakil Menteri ESDM Archandra Tahar

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Archandra Tahar mengatakan bahwa perbandingan kegiatan penemuan minyak di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan proses produksi.

"Indonesia banyak yang diproduksi daripada yang ditemukan, bahkan berdasarkan data yang ada, India malah lebih unggul," kata Archandra Tahar ketika mengisi kuliah tamu di Universitas Trisakti, Jakarta, Jumat (17/3).

Ia juga menjelaskan bahwa dari sebanyak 68 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) yang beroperasi di Indonesia, hanya 20 besar yang menguasai total 90 persen produksi. Sisanya yang 48 K3S hanya menghasilkan 10 persen produksi saja. "Jadi kalau kita lihat dari 20 kontraktor hanya sebesar 90 persen yang mampu memproduksi minyak," ucapnya.

Dari 90 persen yang dihasilkan harga per barelnya 19,27 dolar AS. Sedangkan 48 K3S yang menghasilkan 10 persen minyak harga per barel-nya berkisar 23 dolar AS.

Ia juga menjelaskan bahwa ada masa di mana kegiatan eksplorasi Indonesia menurun, yaitu pada periode tahun 2010-2013. "Pada periode tahun itu ada peristiwa yang menyebabkan kegiatan eksplorasi menurun tajam, sangat berdampak namun tidak berupa pengaruh langsung," tuturnya.

Salah satunya adalah digantinya BP Migas menjadi SKK Migas, dan terkait dengan PP Nomor 79 tahun 2010. Dalam PP tersebut menurutnya banyak hal yang menghambat proses investasi, oleh karena itu perlunya direvisi.

"Dalam PP tersebut belum apa-apa calon investor sudah dipajakin, nanti kalau berhasil menemukan dipajakin lagi, dan kalau gagal itu juga masih terkena, faktor ini yang membuat investor enggan," ujarnya.

Menurutnya, belum lagi faktor administrasi yang masih lambat, sehingga perlu waktu hingga 15 tahun untuk menemukan minyak, padahal di negara maju dari proses pencarian pertama sampai menemukan minyak, itu tidak sampai lima tahun. Sedangkan di Indonesia perlu 15 tahun.

"Bayangkan investor tertarik pada tahun ini, maka 15 tahun lagi baru ketemu hasilnya, dan di negara lain berarti sudah menemukan 3 ladang yang baru lebih cepat," imbuhnya.

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement