REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang mahasiswa dari Arab Saudi, Othman al-Mazid mendapatkan kepercayaan untuk menjadi penerjemaah Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud saat Raja Arab tersebut melakukan kunjungan ke Jepang. Saat bertugas, Mazid akan selalu duduk di belakang Raja Salman untuk menerjemahkan pembicaraan raja yang baru saja berkunjung dan berlibur ke Indonesia tersebut.
Salah satunya, saat Raja Salman berada dalam forum kerja sama Jepang dan Arab Saudi dalam kerangka kerja Visi 2030, termasuk saat bertemu dengan Perdana Menteri Jepang di Tokyo pekan lalu. Al-Mazid merupakan salah satu penerima beasiswa yang mempelajari bahasa Jepang di Tokyo.
Dalam wawancaranya dengan Alarabiya, al-Mazid menyatakan bangga menjadi penerjemah Raja Salman. Ia pun menggambarkannya sebagai suatu kehormatan dan tugas berat. "Belajar bahasa Jepang adalah sebuah perjalanan panjang dan sulit, kami mulai beasiswa kami untuk belajar bahasa selama dua tahun dengan menghafal 1.945 huruf abjad dari bahasa Jepang," ujar Mazid seperti dilansir dari al-Arabiya, Senin (20/3).
Memang tidak mudah untuk mempelajari bahasa Jepang. Menurut Mazid, bahkan untuk siswa yang asli Jepang saja membutuhkan 12 tahun untuk menghafal huruf Jepang. Sementara, ia sendiri mulai belajar bahasa Jepang sejak 2007 dan kini ia baru menguasainya. "Umumnya, membutuhkan waktu hingga 12 tahun untuk siswa asli Jepang untuk menghafal semua huruf," ucapnya.
Namun, kata Mazid, orang Jepang bangga dengan bahasa yang dimiliki mereka. Bahkan, ia belum pernah melihat bahasa Jepang yang oleh mereka dicampuradukkan dengan bahasa lainnya. "Orang Jepang bangga dalam bahasa nasional mereka. Saya tidak pernah melihat orang berbahasa Jepang dalam bahasa lain selain bahasa ibu mereka, atau dicampur aduk dengan frase asing," kata Mazid.
Seperti diketahui, setelah berkunjung ke Indonesia beberapa waktu lalu, Raja Salman langsung bertolak ke Jepang. Ia tiba di Kota Tokyo pada Ahad (12/3) pekan lalu. Di Negeri Matahari Terbit tersebut Raja Salman melakukan pembicaraan dengan Kaisar Akihito dan Perdana Menteri Shinzo Abe untuk mempererat hubungan kerjasama antara dua negara.