REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Harga komoditas kopra di Kota Palu, Sulawesi Tengah, kini kembali membaik setelah sebelumnya sempat merosot tajam. Pantauan di sejumlah pengumpul hasil bumi di Palu, Senin, harga kopra bergerak naik dari Rp 7.000 per kilogram kini menjadi Rp 12 ribuu per kilogram. Namun, seorang pedagang mengatakan, kenaikan harga itu tidak banyak dinikmati petani karena produksi kopra dalam beberapa tahun terakhir ini menurun drastis. "Petani yang datang menjual kopra tidak sebanyak beberapa tahun lalu," kata Abram, salah seorang pedagang pengumpul.
Ia mengatakan di era 1980 sampai 1990, kopra merupakan komoditas andalan petani di Sulteng. Tetapi setelah memasuki tahun 2000-an, banyak pohon kelapa ditebang petani. Selain karena faktor usia yang sudah cukup lama dan sudah tidak produktif lagi, juga batang kelapa dipakai untuk bahan baku bangunan.
Bahkan, setiap bulannya hingga kini ada antarpulau bahan bangunan dari batang kelapa ke beberapa daerah seperti Bali dan Surabaya untuk memenuhi kebutuhan pasar setempat. "Ini salah satu yang mengakibatkan produksi kopra petani di Sulteng semakin merosot," kata dia tanpa merinci.
Padahal, kata Abram, harga kopra di pasaran saat ini cukup bagus dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Kopra produksi petani Sulteng selain memenuhi kebutuhan pabrik minyak goreng curah di daerah ini, juga sebagian dikirim ke Surabaya dan Sulut. Sulteng juga mengekspor kopra ke berbagai negara tujuan di Asia dan Eropa.
Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulteng melalui Bidang Perdagangan Luar Negeri, salah satu perusahaan yakni PT Subroto pernah mengekspor kopra pada 2010 sebanyak 907,24 ton dan 2011 turun menjadi 103,74 ton. Data Dinas Perkebunan Sulteng menyebutkan, luas areal tanaman kelapa di Sulteng saat ini mencapai 180 ribu hektare. Namun yang masih berproduksi hanya sekitar 70 persen.
Pemerintah Pusat dan Provinsi Sulteng dalam beberapa tahun terakhir ini kembali gencar melakukan peremajaan kelapa di sejumlah kabupaten di provinsi ini. Hasil peremajaan itu akan mulai dirasakan pada tiga sampai lima tahun ke depan.