REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Eksekutif Pengawas Pasar modal Otoritas Jasa Keuangan Nurhaida, mengapresiasi catatan sejarah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai rekor tertingginya ke level 5.540 di akhir pekan lalu. Menurut dia, dengan catatan tertinggi sepanjang sejarah itu, ia melihat ada pertumbuhan yang cukup signifikan di pasar, di mana meski harganya naik tetapi peminatnya tetap banyak.
''Tentunya yang perlu kita jaga hal ini jangan sampai sifatnya temporer. Yang perlu kita jaga peningkatan harga saham sustain dan menghindari berfluktuasi,'' ucap Nurhaida, di Jakarta, Senin (20/3).
Nurhaida membeberkan cara agar catatan positif IHSG tersebut tidak kembali turun. Caranya, kata dia, maintenance pasar dengan kepercayaan diri yang tinggi, stabil, dan transparan. Naiknya IHSG tersebut karena kondidi ekonomi domestik dianggap stabil. Bukan hanya itu, sentimen positif di pasar global juga mempengaruhi naiknya IHSG.
''Kalau kita lihat global mulai ada perbaikan-perbaikan. AS mulai berkembang lebih baik dan komoditas juga membaik harganya. Jadi dari global ada sedikit, tapi domestik juga tidak kalah penting karena kita melihat domestik ini stabilitas terjaga,'' ujarnya.
Nurhaida juga memprediksi permintaan instrumen Indonesia di pasar modal meningkat karena ada dana repatriasi yang cukup besar yang selama ini di perbankan. Sehingga dampak repatriasi itu mulai bergerak ke pasar modal seperti SBN, saham, dan reksa dana.