REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak diluncurkan pada Februari lalu, kupon sukuk ritel (Sukri) seri SR-009 dengan imbal hasil 6,9 persen belum terlalu diminati. Hal ini dinilai karena imbal hasil sukuk ritel masih kecil.
Sebelumnya, per 6 Maret PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) baru memperoleh pemesanan SR-009 sekitar Rp 250 miliar. Sedangkan PT Bank Mandiri per 7 Maret baru membukukan pemesanan Sukri sebanyak Rp 1,67 triliun atau 52 persen dari target Rp 3,21 triliun.
Kepala Riset First Asia David Sutyanto mengatakan, kurangnya peminat Sukri salah satunya karena imbal hasil yang relatif kecil, hanya 6,9 persen. "Biasanya (imbal hasil) sukuk lebih tinggi dari obligasi. Maka investor pasti punya expect tinggi," ujarnya kepada Republika.co.id, Senin, (20/3).
Selain itu, ia mengatakan, biasanya di awal tahun, investor lebih memilih uangnya diinvestasikan ke tempat atau instrumen lain. Menurutnya imbal hasil Sukri perlu ditambah agar lebih menarik minat investor. "Deposito saja (imbal hasil) lima persen sampai enam persen. Maka seharusnya sukuk bisa lebih. Idealnya sekitar delapan persen," ujar David. Meski begitu, ia mengakui tingkat risiko sukuk memang lebih rendah.
Ia yakin, bila Sukuk Ritel SR-009 permintaannya terus datar, maka pemerintah akan mengembangkan produk sukuk terbaru yang akan memperbaiki segala kekurangan di seri sukuk ritel sebelumnya. "Mungkin saja tahun ini, tapi saya belum tahu karena mereka perlu godok lagi," ujarnya.