REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Perang Shiffin (37H/ 7657 M) tak hanya membuat kaum Muslimin kala itu bingung harus berpihak ke siapa: Ali bin Abi Thalib atau Muawiyah bin Abi Sufyan. Keduanya adalah shahabat mulia Rasulullah SAW.
Kebingungan itu pun menjalar hingga kini. Banyak di antara kaum Muslimin masih memerlukan penjelasan, apa yang sebenarnya terjadi.
Perang Shiffin adalah noktah hitam dalam sejarah Islam. Semua menyayangkan perang saudara di Shiffin (Suriah) itu terjadi. Apalagi kala itu masih cukup banyak para shahabat Nabi SAW yang hidup.
Sekilas sebagian dari umat Islam akan berpihak kepada Ali seraya menyalahkan Muawiyah. Ini tak bisa disalahkan. “Tapi jika tidak hati-hati, kita bisa terjebak pada paham Syiah yang mengkafirkan sebagian sahabat Nabi SAW,” kata penulis buku-buku sirah Ustaz Hepi Andi Bastoni, Selasa (21/3/2017).
Sebagian kalangan umat Islam ada juga yang justru menyalahkan keduanya, yakni Ali dan Muawiyah. Namun ini pun berbahaya. “Jika tidak hati- hati justru bisa terjebak pada paham Khawarij yang mengkafirkan orang yang tak sepaham dengannya,” tutur Hepi.
Bagaimana kisah Perang Shiffin sebenarnya? Bagaimana umat Islam menyikapi para shahabat, khususnya Muawiyah dan Amr bin Ash yang berseberangan dengan Khalifah Ali yang sah?
Hal itu akan dikupas dalam Kajian Sirah Seri ke-57 di Masjid Alumni IPB, Botani Square, Bogor, Jawa Barat, Rabu (22/3), ba'da Magrib. Dalam kesempatan tersebut, Hepi Andi Bastoni akan membahas tema “Wajah Politik Muawiyah bin Abi Sufyan” bagian ketiga.
Ketua Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Masjid Alumni IPB Iman Hilman mengatakan Masjid Alumni IPB mengadakan kajian Islam setiap hari, dari Senin-Ahad. “Waktunya ba’da Maghrib sampai Isya. Ada pula yang waktunya pagi. Salah satu kajian tersebut adalah Kajian Sirah yang diadakan setiap Rabu malam, ba’da shalat Maghrib berjamaah. Kajian tersebut diisi oleh Ustaz Hepi Andi Bastoni, seorang penulis buku-buku sirah dan mantan wartawan majalah Sabili,” kata Iman Hilman.