REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Direktur Federal Bureau of Investigation (FBI), James Comey, mengatakan Rusia dapat melihat intervensinya dalam kampanye pemilihan Presiden AS 2016 sebagai suatu keberhasilan. Dia memperingatkan bahwa Amerika Serikat harus siap, karena Rusia diduga akan kembali campur tangan dalam pemilu paruh waktu pada 2018 atau pemilihan presiden 2020.
"Mereka akan kembali. Mereka akan kembali pada 2020. Mereka mungkin akan kembali pada 2018. Salah satu pelajaran yang mereka dapat dari ini adalah bahwa mereka telah berhasil. Mereka telah menyebabkan kekacauan, perpecahan, dan perselisihan, serta menjahit keraguan dalam proses demokrasi kita," ungkap Comey, dikutip ABC News.
"Saya pikir, misi nomor satu mereka adalah untuk merusak kredibilitas demokrasi di seluruh bangsa ini," tambah dia.
Sebuah laporan yang diterbitkan pada Januari lalu dari komunitas intelijen menunjukkan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan operasi untuk mempengaruhi pemilu AS. Comey mengatakan dia sedang menyelidiki hubungan potensial antara Rusia dan tim kampanye Trump.
Menurutnya, penyelidikan terkait upaya pemerintah Rusia untuk campur tangan dalam pemilihan presiden AS 2016, juga termasuk menyelidiki hubungan individu antara tim kampanye Trump dan pejabat pemerintah Rusia. FBI mencari tahu apakah ada koordinasi antara tim kampanye dan upaya Rusia itu.
Comey mengatakan, ia telah disahkan oleh Departemen Kehakiman untuk melakukan investigasi yang sedang berlangsung. "Karena itu adalah sidang terbuka, sementara investigasi yang sedang berlangsung telah diklasifikasikan, saya tidak bisa mengatakan lebih lanjut tentang apa yang sedang kami periksa," lanjut Comey.
"Saya tidak bisa menjelaskan detail di sini. Saya tahu bahwa banyak orang yang ingin mengetahuinya. Tapi itu harus," ujarnya.