REPUBLIKA.CO.ID, SOREANG -- Warga Kampung Cijagra, RT 06, RW 11, Desa Cilampeni, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung mengeluhkan sulitnya mengakses air bersih di pemukimannya sendiri. Sebab, air yang ada di rumahnya berwarna kuning sehingga hanya bisa digunakan untuk mandi dan mencuci. Itu pun harus memakai filter.
"Susah mencari air bersih di sini," ujar Neni, salah seorang warga Kampung Cijagra, Selasa (21/3).
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari, ia mengaku bisa memperolehnya dari fasilitas air bersih gratis yang disediakan oleh salah satu pabrik yang berada di kawasan pemukiman tersebut. Air bersih dari pabrik dikirim ke rumah menggunakan jasa tukang yang juga merupakan orang setempat.
Biasanya, satu jerigen dihargai sebesar Rp 1.000 dan kebutuhannya sebanyak 10 jerigen sehingga biasa satu hari mengeluarkan uang Rp 10.000. "Uang itu untuk orang yang mengantarkannya, kalau air mah gratis dari pabrik 24 jam," ungkapnya.
Ia mengatakan, kondisi air pada sumur-sumur warga di daerah Kampung Cijagra berwarna kuning. Dirinya memperkirakan hal tersebut terjadi karena dampak adanya pabrik di sekitar pemukiman warga.
Dirinya menambahkan, hampir semua warga yang berada di pemukiman yang sama dengannya mengambil air bersih yang disediakan pabrik. Ia mengaku sejak berada di Kampung Cijagra 4 tahun silam, kondisi air di sumur atau jetpump milik warga sudah berwarna kuning.
"Saya dari Garut dan sudah 4 tahun disini. Sejak berada di sini airnya sudah berwarna kuning. Saya mah pakai jetpump, tapi masih kuning, biasa dipakai buat mandi dan cuci," katanya.
Ia berkelakar ingin menemukan air bersih yang bisa dijangkau. Sehingga tidak perlu mengambil dari pabrik dan juga tidak perlu merogoh kocek untuk membayar biaya pengiriman air bersih tersebut dari pabrik.
Terpisah, Kasi Pembangunan Air Bersih Dinas Perumahan, Kawasan Pemukiman dan Pertanahan, Kabupaten Bandung, Erpi Suwandi mengakui jika masih terdapat daerah di Kabupaten Bandung yang rawan kekeringan. "Daerah yang berada di wilayah bawah Kabupaten Bandung masih rawan kekeringan seperti Pameungpeuk Banjaran, Bojongsoang dan Ciparay," katanya.
Dirinya mengklaim berdasarkan data akhir 2016, akses masyarakat terhadap air bersih sudah mencapai 76,04 persen. Di mana instansi yang melayani langsung kebutuhan air bersih masyarakat di antaranya PDAM. Sementara, akses tidak langsung dilakukan dengan cara yang lain.