REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Majelis Ulama Indonesia (MUI) menghimbau remaja Muslim dapat menjadikan film sebagai media dakwah. Sesuai tuntutan jaman, dakwah harus dikemas lebih kreatif.
“Di antara cara kami, lewat Lomba Film Pendek Antarpesantren se-Indonesia, “ ujar Ketua Komisi Pembinaan Seni dan Budaya Islam Habbiburrahman El-Shirazi atau biasa disapa Kang Abik, saat dihubungi Republik.co.id, Selasa (21/3) siang.
Menurut Kang Abik, sekarang film-film luar Indonesia dapat dengan mudah masuk dan ditonton oleh masyarakat Indonesia. “Masyarakat kita perlu literasi yang benar. Tidak semua masyarakat paham ini. Ada yang secara mental kuat berhadapan dengan budaya apa saja, ada yang lemah. Tugas kita semua saling menjaga,” kata Kang Abik.
Kang Abik juga menegaskan setiap konten film yang mengandung unsur-unsur amoral, pornografi, anti-Tuhan, yang datang dari mana saja wajib ditolak. Karena, lanjut Kang Abik, hal tersebut tidak selaras dengan sifat kemanusiaan secara universal.
Ditanya soal film Beauty and the Beast, yang sempat digadang-gadangkan menyisipkan nilai gay, Kang Abik menjawab singkat. “kalau benar nilai itu ada. Seharusnya disensor,” ujar Kang Abik.
Kang Abik menegaskan, menyensor atau memfilter konten film atau media sosial adalah tanggung jawab bersama. "Bukan hanya MUI, ataupun aparat pemerintah," ucap dia.