REPUBLIKA.CO.ID, Ramayana (36 tahun) menggeleng-gelengkan kepalanya ketika melihat air di Sungai Pepe tiba-tiba berubah warnanya. Dari semula cokelat berubah hitam pekat dan mengalir perlahan ke Sungai Bengawan Solo. Warga kampung Dadapan, Sangkrah, Solo itu tak tahu penyebab Sungai Pepe menjadi hitam. Yang jelas, ada waktu-waktu tertentu saat Sungai Pepe berubah warnanya.
"Tiap hari pasti seperti ini airnya, jadi hitam, kadang siang, kadang sore. Kalau mau tahu harus ditelusur sampai ke hulunya," kata Ramayana di sela-sela memancing di titik pertemuan aliran Sungai Pepe dan Bengawan Solo pada Rabu (22/3) siang.
Tak hanya warna sungai yang tiba-tiba berubah menjadi hitam pekat, sampah plastik ikut mencemari sungai yang berhulu di Donohudan, Boyolali, itu. Kadang, warga yang memancing pun harus menggunakan masker atau penutup hidung lainnya ketika air Sungai Pepe tiba-tiba menjadi hitam pekat disertai dengan bau menyengat. Meski air berubah, menurut dia, tak membuat ikan-ikan mati.
"Kalau Ikan tidak mati, hanya bau saja. Biasanya yang mancing pilih pindah tempat," katanya. Sungai Pepe menjadi salah satu anak Sungai Bengawan Solo yang mengalir dari Donohudan, Boyolali hingga ke arus Bengawan Solo di Sangkrah.
Menjaga Bengawan Solo
Jernih, itulah kondisi Bengawan Solo, menurut Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo, saat dia masih kecil. Hingga tak ragu, dia dan teman-temannya mandi setiap sore di sungai terpanjang di Indonesia itu. Namun, usai menyusur sungai itu menggunakan perahu karet dari Serenan Sukoharjo ke Solo, pada Rabu (22/3), Rudyatmo mendapatkan Sungai Bengawan Solo tak hanya kotor karena banyaknya sampah. Namun juga tercemar limbah-limbah industi.
"Dulu saya kecil tidak seperti ini, air Bengawan Solo bisa dimanfaatkan untuk minum dan mandi, sekarang kotor," kata Rudyatmo usai menyusuri Sungai Bengawan Solo dalam rangka memperingati hari air dunia. Lebih lanjut, dia mengungkapkan, Sungai Bengawan Solo telah mengalami pendangkalan tau sedimentasi. Setidaknya dia menemukan empat titik pendangkalan.
"Ini butuh penanganan cepat dan masyarakat juga ikut terlibat,tidak membuang sampah. Agar mengembalikan fungsi sungai sebagai sumber kehidupan," ujarnya. Rudytamo mengungkapkan, Pemerintah Kota Solo mendorong Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo untuk mengajukan kepada Pemerintah Pusat melakukan pengerukan sedimentasi di Bengawan Solo.
Sementara itu, Kepala BBWSBS Yudi Pratondo mengungkapkan, beban Sungai Bengawan Solo sudah terlalu berat, sekarang ini debit air mencapai 200 meter kibik per detik padahal pekan lalu 1.200 meter kibik per detik. “Kondisi sungai memang kadang-kadang surut dan juga banjir. Semua air itu masuk ke sungai termasuk air limbah maka beban air terlalu berat,” katanya.
Yudi menambahkan, siap menindaklanjuti apa yang disampaikan wali kota untuk menyelamatkan Sungai Bengawan Solo. “Ini akan dilakukan bertahap. Nanti penangananan dari hulu kemudian hilir, kalau dari hilir dulu maka akan percuma,” katanya.