Kamis 23 Mar 2017 13:51 WIB

Mantan Agen Muslim Ungkap Diskriminasi di Internal FBI

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Ani Nursalikah
Direktur FBI James Comey.
Foto: Ruters/Brian Snyder
Direktur FBI James Comey.

REPUBLIKA.CO.ID, VIRGINIA -- Sejumlah agen khusus dan petugas badan intelijen AS Federal Bureau Investigation (FBI) yang berasal dari negara-negara mayoritas Muslim dilaporkan mengalami diskriminasi di internal lembaga. Mereka kerap dicurigai, bahkan dimusuhi oleh rekan-rekannya hanya karena latar belakang agama dan kebangsaan yang disandangnya. Hal ini terjadi pascaterbitnya kebijakan politik Donald Trump yang menyudutkan Islam.

Dilaporkan laman The Guardian, petugas FBI yang beragama dan berasal dari negara mayoritas Islam, memang harus bekerja dalam sebuah biro tertentu, yang notabene didominasi kulit putih. Sejak terpilihnya Trump menjadi Presiden Amerika Serikat (AS), budaya kerja di internal FBI cukup menyulitkan mereka.

Agen dan petugas FBI yang beragama dan berasal dari negara mayoritas Islam selalu dicurigai dan dimusuhi oleh rekan-rekannya. Bahkan, satu di antara agen beragama Muslim tersebut telah dipecat tahun ini. Ia dipecat karena rutin kembali ke negaranya untuk menengok kondisi keluarga.

Sam Barodi, seorang intel dan analis bahasa FBI beragama Islam, salah satu yang baru saja dipecat dari dinasnya. Ia resmi diberhentikan pada 1 Februari 2017.

Ia mengungkapkan, sebelum dipecat, FBI melakukan investigasi terhadap dirinya selama setahun. Adapun investigas tersebut, kata dia, berupa penyelidikan terhadap ketaatan pada peraturan.

Barodi menduga pemecatan dirinya merupakan awal dari sebuah proses "pembersihan" terhadap agen atau petugas Muslim yang berada di lembaga keamanan nasional AS. "Sebelum mereka bisa pergi setelah umat Islam pada umumnya, mereka harus membersihkan komunitas intelijen AS," ujarnya.

Kemudian terkait budaya kerja, sebelum dipecat dari dinasnya, Barodi mengaku hubungan antara rekan-rekannya sesama Muslim dengan petugas FBI kulit putih memang renggang dan goyah. Petugas dan agen Muslim acap kali dicurigai.

Sebelum dipecat Barodi dan rekan-rekannya bahkan sempat mengirim surel dan laporan kepada Direktur FBI James Comey. Dalam surel tersebut Barodi menekankan FBI tengah menghadapi peningkatan permusuhan petugas Muslim atau Timur Tengah (Timteng) di lingkungan internal. Sebab dalam praktik dan budaya kerja, agen Muslim kerap dicurigai, bahkan didiskriminasi.

Setelah cukup banyak laporan dan desakan, pada pertengahan 2016 lalu, Comey akhirnya menggelar pertemuan dengan perwakilan minoritas di internal FBI. Selain Muslim, hadir pula perwakilan dari kelompok Amerika-Afrika, Amerika-Asia, termasuk LGBT. Dalam kesempatan tersebut, Comey, kata Barodi, mendengarkan "kisah perjuangan" petugas minoritas FBI.

Di antara sekian banyak cerita, salah satu yang dibahas, menurut pengakuan Barodi adalah perihal akun milik agen kulit putih FBI yang kerap mengumbar islamofobia. "Termasuk mereka yang menyalahkan Islam dalam kasus terorisme dan mencurigai rekan Muslim mereka yang disebut lebih mematuhi hukum syariat daripada konstitusi AS," kata Barodi.

Terkait hal ini, dalam pernyataan resminya, FBI mengatakan mereka menghargai keberagaman petugasnya. "FBI menghargai keragaman karyawan dan berkomitmen untuk mendorong keragaman dan inklusi. Keragaman adalah nilai inti FBI dan prioritas bagi Direktur Comey," kata FBI dalam keterangan resminya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement