REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyaringan radikalisme dan terorisme pada anak usia sekolah menjadi tantangan yang membutuhkan perhatian khusus dari lembaga pendidikan di Indonesia. Karena itu, Lembaga Pendidikan Maarif (LP Maarif) NU menggunakan beberapa cara untuk menangkal isu tersebut.
Ketua LP Maarif NU, Z Arifin Junaidi mengatakan LP Maarif telah membuat beberapa metode dan kurikulum yang dapat menangkal maraknya radikalisme tersebut. “Iya, kita sudah menulis buku mengenai buku babon, babon itu buku pegangan bagi guru, itu Ke-NU-an Aswaja, kita juga menyusun kurikulum silabus dan tentu saja kisi-kisi,” ujar Arifin di Jakarta, Jumat (24/3).
Menurut Arif, dalam kurikulim tersebut juga ditanamakan pemahaman yang moderat, sehingga para siswa lebih mencintai tanah air Indonesia. “Husbul wathon minal iman itu ditekankan iman itu, ditekankan kepada siswa kita bahwa cinta tanah air itu bagian dari iman,” ucapnya.
Selain itu, salah satu metode untuk menangkal radikalisme pada usia anak yaitu dengan cara meneriakkan yel-yel tentang kebangsaan. Menurut dia, cara ini dapat diterapkan di sekolah sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai.
“Setiap pagi murid maarif itu diminta untuk teriakkaan yel-yel , sipaa kita? NU, pancasila? Jaya, NKRI? Harga mati. Itu yang selalu tiap pagi yang ditekankan kepada murid untuk menangkal radikalisme," ujarnya.
Kendati demikian, ia juga tetap mengimbau kepada setiap orang tua agar tidak menyerahkan sepenuhnya kepada pihak sekolah yang menjadi tempat anaknya belajar. Pasalnya, pendidikan anak juga merupakan tanggung jawab orang tua.