REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Untuk memperingati peristiwa Bandung Lautan Api, warga Kota Bandung berbondong-bondong menyalakan obor sejak pukul 19.00 WIB, Kamis (23/3), malam. Sekitar 6000-an obor dinyalakan oleh iring-iringan warga Kota Bandung dalam sebuah pawai yang terdiri dari siswa setingkat SMP dan SMA se-Kota Bandung, perwakilan SKPD, dan aparatur kewilayahan.
Wakil Wali Kota Bandung, Oded M Danial memuji kreativitas yang ditampilkan oleh kelompok seni masyarakat dalam pawai tersebut. Oded mengungkapkan kebahagiaan dan kebanggaannya kepada para peserta yang berpartisipasi mengenang momen bersejarah itu.
Menurut Oded, atas nama Pemerintah Kota Bandung, ia ingin menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua partisipan, yang tidak hanya mengenang peristiwa Bandung Lautan Api dengan mengikuti pawai tetapi juga telah memperlihatkan gagasan kreatifnya. "Maka pantaslah Bandung ini disebut kotanya orang-orang kreatif," kata Oded.
Kebanggaan itu juga muncul, kata dia, karena hingga hari ini masih banyak generasi muda yang memperingati peristiwa bumi hangusnya Kota Bandung. Oded berharap, peristiwa itu bisa tetap memberikan inspirasi bahwasanya nilai-nilai kepahlawanan harus tetap tertanam dalam jiwa generasi muda.
"Mari kita jadikan peringatan peristiwa Bandung Lautan Api ini sebagai sebuah tonggak untuk membangun sejarah baru Kota Bandung yang penuh kebersamaan dan saling menghargai dan saling menguatkan satu sama lain," kata Oded.
Peristiwa BLA menyimpan pengalaman yang mendalam bagi masyarakat Bandung. Betapa tidak, peristiwa tersebut adalah perjuangan heroik warga Bandung melawan penjajahan yang tidak akan pernah terlupakan.
Tanggal 23 Maret 1946 adalah sejarah di mana 200 ribu rakyat Bandung membumihanguskan seisi kota untuk mencegah tentara NICA dan sekutunya menggunakannya untuk basis militer. Maka setiap tanggal 23 Maret, warga Bandung mengenang peristiwa tersebut dengan melaksanakan pawai obor dari Lapangan Tegalega menuju Balai Kota Bandung.
Sebelumnya, Wali Kota Bandung M Ridwan Kamil mengajak anak muda untuk merefleksikan makna peristiwa Bandung Lautan Api yang diperingati pada tanggal 24 Maret setiap tahunnya. Ia berharap anak muda bisa memahami bahwa pengorbanan rakyat Bandung jaman dulu dalam mengusir penjajah tidak boleh dinodai dengan perilaku yang tidak terpuji.
"Pengorbanan lahir batin ini harus dimaknai oleh generasi muda, kalau cinta Indonesia harus berani rela berkorban," ujar pria yang akrab Emil.
Emil pun menyayangkan jika masih ada anak muda yang tidak bisa menghargai perjuangan rakyat Bandung yang tidak hanya mengorbankan harta benda, tetapi juga nyawa untuk membela tanah air. Banyaknya penyalahgunaan kebebasan mengeluarkan pendapat di media sosial, menurutnya menunjukkan bahwa masih ada orang yang tidak bertanggung jawab dalam berperilaku untuk mengisi kemerdekaan ini. "Ini mah udah nggak rela berkorban malah nyebar-nyebarin sesuatu yang membuat perpecahan," katanya.
Sebaliknya, Emil berharap generasi muda harus bisa berkarya nyata dan berkontribusi pada negara. Ia ingin anak muda banyak belajar melihat dunia luar agar bisa berinovasi dan menghasilkan gagasan-gagasan yang bermanfaat. "Dua orang pahlawan, Muhammad Ramdan dan Muhammad Toha berani hilang nyawa demi tegaknya republik. Nah anak mudanya apa? Minimal karyanya lah. Jadi jangan hanya modal aktif di medsos tapi tidak punya karya nyata di dunia nyata," katanya.
Sebagai kota perjuangan, Emil ingin melihat Bandung sebagai kota yang bermartabat dan sarat prestasi. Hal itu ditandai dengan banyaknya karya yang dihasilkan oleh generasi muda dan ketaatan warga terhadap pemimpin. "Tak ada pengorbanan sehebat warga Bandung dalam sejarah republik, karena bukan hanya nyawa, satu kota dibakar, rumah dibakar, harta benda dibakar, karena ketaatan pada pemimpin," katanya.