REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Direktur Peran Serta Masyarakat Badan Narkotika Nasional (BNN) Sinta Dame Simanjuntak mengatakan, Sumatra menjadi pintu masuk beredarnya narkotika dan obat terlarang (narkoba) ke seluruh wilayah Indonesia. Ini jadi salah satu penyebab banyak pengedar narkoba yang tertangkap berasal dari Sumatra.
"Jaringan Cina dan Hongkong masuk ke Indonesia lewat Sumatra seperti Sumatra Utara, Batam, dan Aceh," katanya, usai memberikan materi tentang Narkoba dalam kegiatan Diseminasi Kementerian Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Kemenko Polhukam) di Padang, Jumat (24/3).
Dia mengatakan, Sumatra dipilih sebagai pintu masuk oleh jaringan internasional narkoba, karena lebih mudah dibandingkan masuk melalui Singapura atau Malaysia. Selain itu, geografi Indonesia yang terdiri dari pulau-pulau kecil, menyulitkan aparat untuk melacak persembunyian mereka. Selain itu, kata dia, pengawasan Indonesia memang lemah dibandingkan dua Singapura dan Malaysia.
Selain pasokan dari luar, Aceh juga memiliki narkoba asli yakni ganja, yang kualitasnya terbaik di dunia. Ia mengungkapkan, tidak hanya di Aceh, sepanjang Bukit Barisan mulai dari Sumatra Barat hingga Aceh, ganja cukup subur ditanam dan tidak mudah dilacak.
"Dengan kondisi seperti itu, tidak heran banyak pengedar di Indonesia yang tertangkap berasal dari Sumatra," kata dia.
Sinta Dame mengatakan, untuk menyikapi kondisi itu strategi BNN untuk memerangi peredaran narkoba, yakni dengan menjaring generasi muda untuk menjadi agen pemberantasan narkoba. Seperti mahasiswa dan pelajar akan didorong untuk mensosialisasikan bahaya narkoba kepada masyarakat.
Sementara itu Deputi Bidang Koordinator Politik Luar Negeri Kemen Polhukam Lutfi Rauf mengatakan pemberantasan narkoba menjadi strategi untuk memperkuat keamanan di ASEAN. Sebab, kata dia, masalah narkoba, perdagangan manusia, teroris dan perang siber menjadi tantangan keamanan komunitas ASEAN.