REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menilai situasi makro ekonomi Indonesia yang positif diterima pasar dengan baik. Hal ini terbukti dari kelebihan permintaan (oversubscribe) terhadap rencana penerbitan sukuk global pemerintah pada pekan ini.
Deputi Gubernur Senior BI, Mirza Adityaswara menjelaskan saat ini persepsi global terhadap perekonomian Indonesia sangat positif. Padahal global sukuk pemerintah baru sedang tahap finalisasi, dan memiliki yield lebih rendah dibandingkan penerbitan sukuk global Desember lalu.
Namun dari rencana penerbitan sebesar lebih dari 2 miliar dolar AS, mengalami oversubscribe sampai dengan empat kali lipat. "Padahal Fed Rate naik, terus ada juga perubahan kepemimpinan di AS yang orang anggap itu lebih berisiko dari eksternal. Tapi pemerintah bisa terbitkan global sukuk subscribe hampir empat kali. Artinya, persepsi terhadap Indonesia semakin baik," ujar Mirza di Gedung BI, Jumat (24/3).
Meskipun tantangan eksternal tidak semakin reda, kata Mirza, hal tersebut merupakan bukti pengelolaan makro ekonomi yang dilakukan Pemerintah dan BI bisa diterima pasar dengan baik. Selain indikator makro ekonomi, credit default swap dan situasi pasar obligasi yang semakin bagus juga menimbulkan persepsi yang positif di pasar.
Kendati begitu, ia menilai masih terdapat banyak risiko dari eksternal, khususnya rencana kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS Fed Fund Rate sebanyak dua kali lagi. Ia berharap ke depannya pengelolaan makro ekonomi pemerintah dan BI bisa berjalan dengan baik di tengah situasi tersebut.
"Walaupun Fed Rate naik di 2017 masih ada dua kali lagi, semoga capital inflow ke Indonesia bisa tetap besar juga foreign direct investment, ditambah upaya pemerintah lanjutkan deregulasi,"kata Mirza.
Rencana pemerintah menerbitkan sukuk global ini merupakan salah satu langkah untuk memenuhi sumber pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017. Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan, penerbitan sukuk global sedang difinalisasi oleh Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan.
"Sedang dilakukan transaksi dan close mungkin kita akan lebih besar dari 2 miliar dolar AS (nilai sukuk global)," ujar Sri, Kamis (23/3).
Angka sukuk global yang diterbitkan kali ini sebetulnya lebih rendah dari tahun 2016 lalu, sebesar 2,5 miliar dolar AS. Penerbitan sukuk global di tahun lalu terdiri dari dua seri di awal Maret 2016. Sedangkan target indikatif tercatat 2 miliar dolar AS, dengan besaran penawaran yang masuk lebih tinggi yakni 2,6 miliar dolar AS.