REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) berkomitmen fokus menangani kemiskinan di wilayah perdesaan.
Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), Khofifah Indar Parawansa disparitas jumlah masyarakat miskin yang tinggal di pedesaan dengan perkotaan sangat tinggi.
"Warga miskin di desa dua kali lipat dari jumlah warga miskin di kota, dan jujur saya sampaikan kebanyakan adalah warga NU," kata Khofifah saat Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Muslimat NU di Bogor dalam keterangan persnya kepada Republika.co.id Sabtu (25/4).
Ia menerangkan, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2016, angka kemiskinan di kota mencapai 7,73 persen dan di desa 13,96 persen.
Perbandingan ini tidak banyak berubah dibandingkan dengan September 2015. Kemiskinan di kota mencapai 8,22 persen dan di desa 14,09 persen.
Menurutnya, hampir semua desa memiliki produk khas unggulan. Tapi, karena minimnya modal, pengetahuan, dan pendampingan menjadikan produk khas unggulan tersebut tidak dapat berkembang.
Produk khas unggulan juga nilai jualnya jadi rendah sehingga profit yang dihasilkan pun sangat kecil. Mata pencaharian masyarakat desa mayoritas adalah pertanian.
“Konsep petik, olah, kemas, jual menurut saya sangat relevan untuk meningkatkan nilai jual produk sekaligus memberdayakan masyarakat desa," jelasnya.
Khofifah memandang perlu pendampingan secara berkelanjutan dalam upaya mengentaskan masyarakat miskin di pedesaan.
Saat ini, Muslimat NU aktif membangun kerjasama dengan berbagai pihak baik pemerintah maupun swasta agar seluruh program terlaksana dengan baik.
Rapimnas yang berlangsung pada 25-27 Maret 2017 ini dihadiri 361 peserta yang terdiri dari pengurus pimpinan pusat, perwakilan dari 34 pengurus wilayah dan 184 cabang di seluruh Indonesia.