Ahad 26 Mar 2017 15:44 WIB

Penerbitan SUN Dinilai Masih Atraktif

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Nur Aini
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Layar monitor menunjukan pergerakan grafik surat utang negara di Delaing Room Treasury (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Ekonom SIGC (SKHA Institute for Global Competitiveness) Eric Sugandi menilai penerbitan surat utang negara khususnya sukuk sejauh ini masih atraktif. Hal ini karena potensi penerimaan bagi hasil yang besar dari sukuk karena pemerintah akan terus melanjutkan pembangunan proyek-proyek infrastruktur yang di antaranya merupakan underlying sukuk.

"Lalu ada potensi penguatan rupiah dalam jangka menengah dan panjang sehingga investor bisa mendapat gain (keuntungan)," ujar Eric pada Republika.co.id, Ahad (26/3).

Pekan ini, pemerintah melalui Kementerian Keuangan akan melakukan lelang surat utang negara (SUN) dengan jumlah indikatif SUN yang dilelang sebesar Rp 15 triliun dengan target maksimal Rp 22,5 triliun. Selain itu, pemerintah juga akan menarik utang dari penerbitan sukuk global yang diperkirakan mencapai sebesar 3 miliar dolar AS atau setara Rp 40 triliun (kurs Rp 13.300).

Menurut Eric, persepsi global terhadap Indonesia sangat baik. Hal ini dikarenakan stabilitas ekonomi Indonesia terjaga dan fundamental ekonomi membaik, walau pertumbuhan ekonomi masih sedikit tertekan oleh lambatnya pemulihan harga komoditas. Selain itu kebijakan fiskal dan moneter juga dinilai prudent.