Ahad 26 Mar 2017 21:27 WIB

Djarot: Islam Rahmatan Lil Alamin Harus Dikuatkan di Jakarta

Silaturrahmi Kebangsaan bersama Para Khatib dan Simpul Masyarakat Madura se-DKI untuk Gubernur DKI Pelayan Warga dan Umat Islam DKI di Nam Center Hotel Kemayoran, Jakarta Pusat, Ahad (26/3)
Foto: Istimewa
Silaturrahmi Kebangsaan bersama Para Khatib dan Simpul Masyarakat Madura se-DKI untuk Gubernur DKI Pelayan Warga dan Umat Islam DKI di Nam Center Hotel Kemayoran, Jakarta Pusat, Ahad (26/3)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Syaiful Hidayat menegaskan bahwa Islam yang rahmatan lil alamin harus dikuatkan di Ibukota Jakarta.

"Islam itu sejuk penuh kasih dan sayang. merangkul bukan memukul. Ukhuah Islamiah dan ukhuah wathoniah adalah ciri ajaran dari rasulallah yang ditanamkan kepada saya dari kecil. Juga ukhuah basariah terhadap sesama karena kita manusia," ujar Djarot dalam Silaturrahmi Kebangsaan bersama Para Khatib dan Simpul Masyarakat Madura se-DKI untuk Gubernur DKI Pelayan Warga dan Umat Islam DKI di Nam Center Hotel Kemayoran, Jakarta Pusat, dalam keterangan persnya, Ahad (26/3).

Silaturrahmi Kebangsaan ini dihadiri, Pakar Ekonomi Imam Sugema, Tokoh Agama KH. Lora Fathurt Zubair Mononthazor yang merupakan cicit pendiri NU KH Kholil Bangkalan, dan sejumlah tokoh masyarakat Madura. Kegiatan ini juga diikuti 40 kiai dari Forum Khotib seperti KH Jaelani AB, KH Achamad Muntaha, KH Sahal, dan 65 perwakilan Simpul Madura se-DKI Jakarta.

Dalam pertemuan tersebut KH Lora Fathur Rozi Zubar menyatakan, betapa saat ini paham garis keras dan sudah berkembang luas di DKI Jakarta. "Bagaimana masjid yang dulunya dikuasai dan menjadi tempat ibadah bagi Nahdliy in maupun Muhammadiyah kini dikuasai oleh kaum wahabi dan Islam garis keras", tegasnya.

"Sekarang kita harus buka. Biar semua warga nahdliyin bisa masuk masjid dan ibadah di semua masjid. Biar masjid bisa dipakai untuk menyampaikan Islam rahmatan lil alamiin dan islam nusantara dan bisa menyatu dengan akar budaya Indonesia," terangnya, dan diamnini oleh para ulama dan peserta yang hadir disana.

Pada kesempatan tersebut Djarot menjelaskan bahwa pada bulan April mendatang, akan diresmikan sebuah masjid besar di wilayah Jakarta Barat dan diberi nama Masjid Raya KH Hasyim Asyiari. Kemudian nanti, juga akan dibangun Masjid Raya KH Ahmad Dahlan di Jakarta Selatan agar dapat bersanding satu sama lain.

"Sekarang sudah ada dua masjid raya di Jakarta, yakni Mashid Istiqla di Jakarta Pusat dan Islamic Center di Jakarta Utara. Maka, saran Gus Sholah harus dibangun lagi Masjid di Jakarta Timur dan akan diberi nama Masjid Raya HOS Tjokro Aminoto," ujar Djarot.

KH Jaelani AB juga mengatakan bahwa NU tidak berpolitik dan lahir sebagai antitesa wahabi. Oleh sebab itu, Pemprov DKI akan bekerjasama dengan NU serta Muhammadiyah memakmurkan masjid sekaligus membangun pembinaan agama bagi masyarakat, dan marbot masjid akan diberangkatkan naik haji atau umroh.

Pada Kesempatan yang sama, Sekjen DPP PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri sangat memberi perhatian dan memiliki kedekatan yang kuat dengan ulama NU, dann juga masyarakat Madura yang hampir semuanya adalah nahdliyin.

"Ibu Mega membela semua umat. PDI-P sangat dekat dengan umat Islam. PDI Perjuangan memiliki Baitul Muslimin dengan visinya mewujudkan Islam Nusantara yang berkemajuan untuk Indonesia Raya. Sayap Partai tersebut bertugas membangun persaudaraan dengan organisasi muslim" ujar Hasto.

Ia juga mengatakan, PDI-P sangat dekat dan menjalankan gagasan dari cendekiawan muslim Nurcholis Madjid. "Pak Djarot juga berasal dari keluarga NU yang kental, sangat dekat dalam pergaulan luas NU," tukasnya.

Hasto juga menyampaikan tentang gagasan Trisakti Bung Karno. Atas dasar semangat mewujudkan Indonesia yang berkepribadian dalam kebudayaan, maka Ibu Mega memerintahkan anggota DPR RI dapil Madura untuk mengadakan kongres kebudayaan Madura.

Kemudian Hasto bercerita kepada para ulama dan tokoh-tokoh Madura se-DKI itu tentang kedatangan Ahok ke kediaman almarhum Nurcholish Madjid (Cak Nur) pada Kamis (24/04/2017) berlalu. Saat itu Omi Komaria-istri almarhum- menyerahkan Ensiklopedi Nurcholish Madjid sebanyak 4 jilid. Eksiklopedi ini memuat gagasan keislaman, keindonesiaan dan kebhinekaan.

Pemberian itu merupakan simbol kepercayaan keluarga dan murid-murid Cak Nur kepada Ahok-Djarot yang didukung PDIP untuk melanjutkan dan terus mengembangkan semangat keislaman yang inklusif, ramah, harmonis dengan kebhinekaan dan mengedepankan kebersamaan dan kemaslahatan bangsa Indonesia.

"Keragaman itu indah, takdir kehidupan dan kehendak Tuhan", ujar Hasto.

Di ujung acara, KH  Lora Fathur Zubair Muntashor putera Kiai Zubair Muntashor, pengasuh Pesantren Nurul Kholil Bangkalan memberikan mauidzah  hasanah (nasehat kebaikan). Sebelum menutup acara dengan do'a meminta Hasto berdiri: "Pak Hasto saya ingin anda jadi saudara saya. Saudara sebangsa" ungkapnya.

Kiai muda kharismatik itu lantas merangkul Sekjen PDIP itu. Rangkulan simbolik penuh spirit persaudaran antar agama dan sesama anak bangsa.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement