REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Pasukan Filipina telah menyelamatkan tiga warga negara Malaysia yang disandera oleh kelompok pemberontak Abu Sayyaf melalui operasi kedua dalam empat hari saat pasukan keamanan melakukan serangan ke kelompok radikal Islam tersebut, seperti yang disampaikan pihak militer pada Senin (27/3).
Ketiga orang tersebut diculik dari sebuah kapal delapan bulan lalu, dan penyelamatan mereka menandakan sudah tidak ada lagi warga negara Malaysia yang disandera setelah dua orang lainnya dibebaskan pada pekan lalu. Militer mengatakan ketiga orang tersebut diselamatkan di Pulau Jolo di Selatan Filipina pada Ahad namun tidak ada penjelasan lebih rinci mengenai operasi penyelamatan yang telah dilakukan.
Abu Sayyaf terkenal karena separatismenya dan selalu bertindak sebagai bandit. Mereka telah membuktikan menjadi lawan yang tangguh bagi militer Filipina melalui jumlah yang kecil, tangguh, dan memiliki jaringan bersenjata lengkap bersembunyi di hutan-hutan di dua pulau di bagian Selatan yang mengintai sasaran mereka berupa kapal kargo berkecepatan rendah.
Kelompok tersebut telah menumbuhkan reputasi sebagai salah satu kelompok paling brutal di dunia, dengan ancaman berupa pemenggalan korbannya kepada negara atau pihak yang tidak memenuhi tebusannya dalam tenggat waktu tertentu. Di antara korban yang mengalami peristiwa tersebut dalam delapan bulan terakhir ialah seorang warga negara Jerman dan dua dari Kanada.
Warga negara Belanda, Indonesia, Filipina, dan Jepang menjadi korban yang terancam mengalami hal serupa. Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana baru-baru ini menjelaskan penculikan yang dilakukan Abu Sayyaf merupakan hal yang sangat memalukan bagi negaranya.
Pemerintah Filipina khawatir tokoh garis keras di Abu Sayyaf telah melakukan komunikasi dengan ekstrimis di Timur Tengah dengan rencana membentuk sel-sel ISIS di bagian Selatan negara kepulauan yang terletak di Samudera Pasifik itu.