REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Parade ogoh-ogoh meramaikan Kota Denpasar sejak Senin (27/3) sore. Kapolresta Denpasar, Kombes Pol Hadi Purnomo mengatakan masyarakat pengguna jalan sebelumnya sudah diimbau untuk mengantisipasi lalu lintas pada saat pengerupukan atau pengusungan ogoh-ogoh.
"Pengusungan ogoh-ogoh dimulai sejak pukul 17.00 WITA. Masyarakat diminta menghindari atau mencari jalan alternatif karena sejumlah ruas jalan di wilayah Denpasar digunakan untuk tempat lomba, tempat kumpul, atau lokasi parade ogoh-ogoh," kata Hadi, Selasa (27/3).
Sembilan ruas jalan setidaknya ramai dengan pemuda-pemudi Bali yang meramaikan perayaan tahunan ini. Lokasinya adalah di Bundara Catur Muka, Jalan Sutomo Desa Pemecutan, Simpang Enam Jalan Teuku Umar, Jalan Imam Bonjol Pemecutan Kelod, Desa Padang Sambian, simpang jalan Gatot Subroto, Kelurahan Ubung, Simpang Gunung Agung-Tangkuban Perau, dan Desa Dauh Puri Kaja.
Karya seni ogoh-ogoh beraneka rupa memenuhi ruas jalan. Ogoh-ogoh dilengkapi dengan roda, disusun sedemikian rupa, sehingga tidak seluruhnya diusung dengan cara diangkat bersama dengan ruas bambu.
Kepolisian Daerah Bali mendata setidaknya 7.079 ogoh-ogoh seluruh Bali akan diarak. Rinciannya adalah 1.380 dari Kabupaten Buleleng, Gianyar (1.335 buah), Denpasar (1.121 buah), Tabanan (894 buah), Jembrana (645 buah), Badung (532 buah), Klungkung (400 buah), Karangasem (380 buah), dan Bangli (372 buah).
Pawai ogoh-ogoh adalah salah satu budaya menyambut Nyepi di Bali. Ogoh-ogoh merupakan cerminan sifat-sifat negatif pada diri manusia. Ogoh-ogoh diarak keliling desa bertujuan agar setan-setan yang ada di sekitar desa ikut bersama ogoh-ogoh. Ogoh-ogoh dianggap rumah bagi setan, sehingga akhir dari arak-arakan ini adalah pembakaran.