REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyaknya dokumen tertulis sezaman yang lazim disebut naskah atau manuskrip yang tersimpan di istana Siak menjadi tolok ukur seberapa besar kedudukan kerajaan ini. Menurut Guru Besar UIN Syarief Hidayatullah Jakarta Prof Dien Madjid dalam makalahnya yang berjudul “Naskah Kesultanan Siak sebagai Pintu Gerbang Pembuka Kejayaan Melayu-Nusantara”, sebuah naskah memiliki peran penting guna menentukan jejak langkah sebuah kerajaan di nusantara. “Naskah itu merupakan roh dari Kesultanan tersebut,” katanya. Dari naskah-naskah tersebut masyarakat sekarang bisa mengetahui sejarah dan sepak terjang sebuah kerajaan.
Ia mengatakan, di dalam istana sendiri masih terdapat banyak manuskrip yang belum diinterpretasikan isinya oleh para ahli. Ada yang menggunakan bahasa Belanda, arab huruf Jawi, juga bahasa melayu. Manuskrip tersebut isinya beragam, ada yang merupakan tulisan surat menyurat antarnegara dan menceritakan hubungan seperti apa yang dijalin dengan negeri luar seperti Tumasik (kini menjadi Singapura), misalnya. “Paling tidak ada sekitar 78 ribu lembar naskah arsip disana,” katanya.
Menurutnya, jika keseluruhan arsip tersebut telah bisa dikuak isinya akan memberikan penjelasan yang gamblang mengenai posisi kerajaan ini. Manfaat selanjutnya yang bisa dirasakan adalah bisa menjelaskan lebih banyak ada dunia tentang kedudukan Kesultanan Siak ini agar lebih banyak lagi masyarakat awam yang mengenalnya.
Namun, sebelum merelisasikan mimpi besar itu agaknya diperlukan rangkaian studi terkait untuk menelaah naskah-naskah tersebut. Sekarang rangkaian studi tersebut masih dalam proses dan nantinya hasilnya bisa dijadikan acuan dalam membangun Siak sebagai pusat Melayu nusantara.
Seiring berjalannya waktu, tirai-tirai kebungkaman yang menutupi estafet kesusastraan Melayu kian tersibak dan diketahui bahwa Siak menyimpan potensi besar untuk mengungguli Johor sebagai sentra kemelayuan nusantara.