Rabu 29 Mar 2017 20:13 WIB

Memaknai Lebih Sebuah Film di Kineforum

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Hazliansyah
logo Kineforum
Foto: twitter.com
logo Kineforum

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lewat berbagai bingkai program, Kineforum, yang berada di bawah Komite Film Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), terus berupaya berbagi ilmu dan pengetahuan tentang film maupun hubungan film dan masyarakat. Kineforum pun menjadi ruang putar atau sinema alternatif untuk film-film Indonesia yang tidak diputar di jaringan bioskop besar ataupun film yang peredarannya tidak terlalu lama.

Di Kineforum, film-film yang diputar memang film-film alternatif tontonan buat publik. Mulai dari film klasik ataupun film baru, film panjang maupun film pendek, film produksi dalam negeri atau film dari luar negeri. Selain itu, di tiap bulannya, Kineforum juga meluncurkan berbagai jenis bingkai program.

Salah satu contohnya, pada April mendatang, Kineforum akan memutarkan film-film yang mengangkat kisah-kisah pihak yang termarjinalkan dan dianggap luput di tengah-tengah keberisikan wacana besar. Program ini diberi tajuk 'Arus Bawah' dan digelar dari 3 hingga 16 April mendatang.

Selain pemutaran film, diskusi dengan pembuat film atau aktor juga dilakukan oleh Kineforum. "Jadinya kami ingin, kalau penonton ke Kineforum tidak hanya sekadar menonton terus pulang. Tapi penonton juga membawa pemahaman-pemahaman baru. Terutama film sebagai salah satu produk budaya," kata Anggota Komite Film DKJ yang juga salah satu tim penyusun program di Kineforum, Lulu Ratna, kepada wartawan di Kompleks Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (29/3).

Tidak hanya itu, Lulu menjelaskan, perputaran film sebenarnya cukup cepat. Terkadang penonton tidak sempat melakukan refleksi terhadap sebuah film. Di Kineforum ini, kata Lulu, penonton dapat memberikan refleksi atau penilaian terhadap film yang sudah diputar. Lulu memberi contoh, Kineforum pernah memutar film-film yang telah di-remake secara back to back.

"Nanti kan dari situ, ditambah diskusi dengan filmmaker-nya bisa diketahui kenapa sebuah film di-remake dan sebagainya," kata Lulu.

Lulu pun menegaskan, kehadiran Kineforum bukan hanya untuk pecinta film yang serius, tapi juga penikmat film dari masyarakat umum. Dalam melaksanakan program-programnya ini, Kineforum memang telah memiliki ruang putar yang berada di kompleks TIM. Ruang putar Kineforum ini sudah dibuka sejak 2006.

Dalam melengkapi peralatan di Ruang Putar, Kineforum DKJ selaku pengelola dan pelaksana bekerjasama dengan Cinema XXI dan Unit Pelaksana Pusat Kesenian Jakarta (UP PKJ) Taman Ismail Marzuki sebagai pemilik gedung tersebut. Peluncuran kembali ruang putar Kineforum ini pun ditandai dengan penandatangan MoU antara ketiga pihak tersebut.

Menurut Ketua Komite Film DKJ, Hikmat Darmawan, keberadaan ruang bagi sinema alternatif sangat penting sebagai salah satu penyangga ekosistem perfilman yang sehat. Hikmat menambahkan, peningkatan kapasitas ruang putar ini dirasa cukup penting guna menjadikan Kineforum sebagai wahana pengetahuan baru tentang film ataupun hunbungan film dan masyarakat.

"Komite Film DKJ merasa perlu meningkatkan kapasitas ruang putar di TIM ini agar lebih mampu menjadikan Kineforum sebagai wahana pengetahuan baru tentang film dan tentang hubungan film dan masyarakat," tutur Hikmat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement