REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Indramayu selama ini dikenal sebagai salah satu lumbung padi di Jawa Barat dan nasional. Namun sayang, pamor beras Indramayu di pasaran selama ini dinilai masih kalah dengan beras Cianjur. Padahal, tanpa diketahui banyak orang, tak sedikit kemasan beras dengan label beras Cianjur sesungguhnya isinya adalah beras Indramayu. Hal itu dilakukan pedagang karena beras Cianjur memiliki nilai jual yang lebih tinggi dibandingkan beras Indramayu.
Kondisi tersebut menimbulkan keprihatinan di kalangan petani yang kini tergabung dalam Koperasi Malai Padi. Koperasi yang didirikan komunitas petani itu sekarang beranggotakan sekitar 30 orang petani dari 15 kecamatan di Kabupaten Indramayu di antaranya, Kecamatan Sukra, Patrol, Anjatan, Lelea, Kroya dan Indramayu.
‘’Kami ingin mengangkat bagaimana beras Indramayu dihargai. Itu saja awalnya,’’ ujar salah seorang anggota Koperasi Malai Padi dari Desa Karanglayung, Kecamatan Sukra, Abas Kartam, beberapa hari lalu.
Abas menjelaskan, para petani di dalam Koperasi Malai Padi memiliki luas lahan yang bervariasi di daerahnya masing-masing. Varietas benih yang ditanam pun bermacam-macam, seperti Ciherang, Muncul, beras merah, beras hitam, ketan dan lainnya tergantung kondisi wilayah masing-masing.
Untuk mencapai nilai jual yang lebih tinggi, para anggota koperasi itu berusaha menghasilkan beras kualitas premium. Beras tersebut dikemas dengan baik, berkualitas, berkadar air 14 persen, serta menyediakan patahan sesuai permintaan pasar.
Dalam proses tanamnya, meski belum seluruhnya menghasilkan beras organik, namun para petani yang menjadi anggota koperasi itu berusaha menghasilkan beras sehat dan ramah lingkungan. Untuk mencapainya, mereka berusaha mengurangi seminimal mungkin pemakaian zat kimia, baik dari pupuk maupun pestisida.
Untuk mencapai nilai jual yang lebih tinggi, para anggota Koperasi Malai Padi mengutamakan beras premium. Secara kualitas, beras premium memiliki tingkat patahan yang minim dan kadar air tak lebih dari 14 persen. Beras tersebut juga dikemas secara baik.
Selain beras premium, petani anggota koperasi tersebut juga memproduksi beras merah, beras merah aromatik, beras hitam, beras hitam aromatik, dan beras organik. Tak hanya itu, jika pasar memang meminta beras medium, mereka juga bisa menyediakannya.
‘’Untuk semua produk itu, kami memberinya merk ‘Ki Tinggil’ yakni salah satu tokoh pertanian Indramayu tempo dulu,’’ kata Abas.
Menteri BUMN, Rini Soemarno, mengungkapkan, Kabupaten Indramayu memiliki lahan pertanian yang sangat luas. Namun sayang, tingkat kesejahteraan petaninya masih rendah. Melalui Sinergi BUMN, pemerintah berupaya memberikan dukungan kepada para petani Indramayu.
‘’Salah satunya dengan menjadikan beras biasa menjadi beras premium,’’ kata Rini, saat ditemui di sela kegiatan peluncuran program Rice Center dan Digitalisasi Pertanian di Balai Desa Mundu, Kecamatan Karangampel, Kabupaten Indramayu, Jumat (10/3) silam.