REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat, Dedi Mulyadi sempat menemui Siti Rokayah (85 tahun) untuk kesekian kalinya. Kedatangan Dedi untuk menyampaikan komunikasi yang telah dijalin dengan Handoyo Adianto, menantu Siti Rokayah. Tetapi dalam komunikasi itu, Handoyo seakan 'meremehkan' Dedi yang saat ini menjabat Bupati Purwakarta.
Dedi mengaku sudah mengirim pesan singkat kepada Handoyo supaya masalah gugatan bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Tetapi iktikad baik tersebut ternyata tak mendapat tanggapan positif dari Handoyo.
"Proses musyawarah susah. Sudah di SMS sama saya tapi kelihatannya susah," kata Dedi kepada Mak Amih (Siti Rokayah) di rumah anak bungsunya, Jalan Raya Bayongbong, Kelurahan Muarasanding, Kecamatan Garut Kota, Kamis (30/3).
Dedi menjelaskan komunikasi yang dijalin tersebut untuk mencari jalan keluar alternatif. Ia menilai sengketa keluarga yang berujung di pengadilan kurang baik dalam budaya masyarakat Indonesia.
"Apa yang dia (Handoyo) gugat walau tidak populer sudah berdasar pertimbangan dari tokoh agama dan orang-orang yang mengerti," ucapnya menyampaikan isi pesan dari Handoyo.
Dedi mengaku akan kembali mencoba berkomunikasi dengan Handoyo. Handoyo sebenarnya pernah menuturkan kalau rumah Mak Amih tersebut akan dijual oleh anak-anaknya. Tetapi seusai dikonfirmasi kepada Amih, penjualan rumah di daerah Ciledug, Kecamatan Garut Kota itu murni keinginan Amih.
"Rumah mau dijual atas kehendak ibu dan akan dibagi ke 13 anaknya," ujarnya.
Selain itu, Dedi merasa heran ketika Handoyo mempertanyakan latar pendidikannya. Belum lagi, Handoyo mempertanyakan keinginan Dedi untuk bertemu. Adapun berdasarkan penuturan Mak Amih, Handoyo merupakan jebolan IKIP dan ITB.
"Dia (Handoyo) nanya pendidikan saya dari mana. Saya jawab dari kampung. Dan dia nanya meeting (pertemuan) poinnya apa. Saya juga enggak ngerti," ucapnya.