REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Bentrokan terjadi di depan Konsulat Turki di Brussels, Belgia, Kamis (30/3) waktu setempat, antara pendukung pemerintah Turki dan warga Kurdi yang akan memilih dalam referendum konstitusi Turki. Menurut kantor berita Kurdi, ANF, tiga warga Kurdi terluka terkena tikaman dalam bentrokan itu.
Media lokal LeSoir.be melaporkan bentrokan terjadi pukul 04.00 waktu setempat. Tiga warga Kurdi, yaitu seorang pria bernama Mahmut Yasar, seorang wanita bernama Sultan Ugras, dan seorang korban yang tidak disebutkan namanya, menderita luka tusukan.
Ugras dilaporkan ditikam di bagian leher dan kini dalam kondisi kritis. Namun, polisi belum merilis kondisi resmi setiap korban.
“Kami harus turun tangan karena ada insiden. Ada yang terluka dan mereka telah dibawa untuk diberi perawatan, dan kini penyelidikan sedang berlangsung,” kata juru bicara polisi Ilse Van de Keere, dikutip Express.
Sejumlah warga Kurdi melakukan unjuk rasa di luar gedung konsulat setelah insiden penikaman terjadi. Pada pukul 20.00, lebih dari seratus pengunjuk rasa masih berada di luar gedung.
Perdana Menteri Belgia Charles Michel mengecam adanya serangan terhadap warga Kurdi. "Pemerintah benar-benar akan memberikan nol toleransi untuk ekses seputar referendum Turki. Saya sangat mengutuk kekerasan di depan konsulat," kata Michel, dikutip RT.
Erdogan, bersama dengan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), saat ini tengah berkampanye untuk suara ‘ya’ dalam referendum Turki yang akan dilaksanakan pada April lalu. Perubahan konstitusi itu akan memberikan kekuasaan penuh kepada presiden untuk mengeluarkan dekrit, menyatakan keadaan darurat, menunjuk menteri dan pejabat negara, dan membubarkan parlemen.
Erdogan mengandalkan dukungan dari 5,5 juta warga Turki yang tinggal di luar negeri untuk membantu dia memenangkan referendum. Meski demikian, warga Kurdi mengatakan keberhasilan referendum akan mengatakan sistem checks and balances negara.
Sebelumnya, pada Maret, unjuk rasa besar-besaran dilakukan sekitar 30 ribu warga Kurdi di Frankfurt, Jerman. Beberapa pengunjuk rasa memegang spanduk yang mengatakan “Tidak” untuk referendum, serta membawa bendera Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang selama ini dilarang di Turki.