REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi X DPR RI Teuku Riefky Harsya meminta masyarakat tidak tergesa menuding sistem dan cara pendidikan di SMA Taruna Nusantara sebagai penyebab kematian Krisna Wahyu Nurachmad. Ia memandang perlu ada pengusutan tuntas terkait peristiwa mengenaskan tersebut.
Riefky mengatakan aparat perlu mengungkap pelaku, alasan tindakannya, serta urutan penyebab yang menjadi pemicu. Ia menginginkan kasus itu dinilai secara objektif. "Nanti akan terlihat apakah berkorelasi secara kuat dengan sistem pendidikan di lembaga itu atau tidak sepenuhnya terkait,’’ kata Riefky dalam keterangan tertulisnya, Jumat (31/3).
Berdasarkan pengamatannya, Riefky melihat sejumlah kasus kematian siswa di sekolah dinas yang menerapkan sistem militer kerap terdapat tindakan yang kebablasan. Tradisi penyiksaan senior terhadap juniornya sering kali menjadi penyebab terjadinya petaka. "Kasus kematian Krisna bisa jadi berbeda."
Sementara itu, anggota Komisi III DPR RI Didik Mukrianto mengatakan rekam jejak SMA Taruna selama ini sangat baik. Ia sangat prihatin dengan adanya kasus tersebut. "Untuk itu, kami meminta ada evaluasi dan perbaikan yang mendasar terkait dengan pengelolaan dan pengawasan di SMA Taruna Nusantara,’’ kata Didik.
Selain itu, Didik juga mengingatkan pengelola, guru, dan siswa untuk ikut membantu penuntasan kasus dengan menyampaikan kesaksian sebenarnya dan proaktif. Krisna diduga dibunuh dengan cara disayat di bagian leher. Menurut polisi, Krisna ditemukan tewas oleh pendamping asramanya, Jumat pagi, di Barak G17 kamar 2B saat hendak dibangunkan untuk shalat Subuh.