REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Korban akibat tanah longsor di Dusun Tangkil Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur dilaporkan bertambah menjadi 26 orang. Hingga kini ke-26 orang tersebut dinyatakan masih hilang sejak tanah dari tebing setinggi 100 meter longsor pada Sabtu (1/4) pukul 08.00 WIB.
“Hingga kini, tercatat 1 korban jiwa, dan 17 orang luka-luka. Longsor ini menerjang 23 rumah penduduk dan ladang masyarakat dengan jumlah jiwa sekitar 50 orang,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho pada dalam keterangannya kepada Republika.co.id, Sabtu (1/4).
Sutopo menjelaskan longsor diawali dengan bunyi gemuruh pada pukul 07.30 WIB, sebelumnya sebagian masyarakat sudah menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman. “Material longsoran ini memanjang dari bukit sekitar 800 meter, dan tingginya sekitar 20 meter,” ujar Sutopo.
Tanda-tanda longsor, kata dia, sudah diketahui masyarakat sejak 20 hari yang lalu. Karena, lanjut Sutopo, retakan-retakan diperbukitan sudah sangat terlihat yang disebabkan hujan deras. “Dilihat dari peta, Desa Banaran memang rawan longsor, di sini terdapat bahaya tinggi longsor,” kata Sutopo.
Tim SAR gabungan dari Koramil, Polsek Pulung, Tagan, BPBD Ponorogo, Dinas Kesehatan, dibantu relawan dan masyarakat dikerahkan untuk melakukan evakuasi. Namun, pada pukul 16.00 WIB pencarian terpaksa dihentikan karena kondisi cuaca dan medan yang terjal.
“BPBD dan aparat sudah beri arahan kepada masyarakat untuk menjauh dari lokasi longsor, karena tanah masih labih. Dikhawatirkan ada longsor susulan,” tegas Sutopo.
Hingga kini, akses jalan menuju ke lokasi bencana longsor masih sulit. Sehingga, ujar Sutop, tim Reaksi Cepat BNPB bersama BPBD provinsi Jawa Timur akan membantu untuk penanganan darurat.